Di Tengah Pusaran Arus Globalisasi: PMKRI Menentang atau Mengikuti Zaman?
![]() |
Emanuel Odo - Sekjen PMKRI Jakarta Timur |
Kedua, globalisasi memperluas jangkauan dan keragaman dalam hal kerja sama lintas-batas. Organisasi kemahasiswaan Katolik di Indonesia dihadapkan pada tuntutan untuk berkolaborasi dengan organisasi dan mahasiswa dari berbagai belahan dunia, mengharuskan mereka untuk memiliki pemahaman yang lebih luas tentang isu-isu global serta kemampuan untuk beradaptasi dengan pluralitas budaya dan perspektif. Organisasi berbasis nilai- nilai tradisional kerapkali menghadapi kendala ketika berhadapan dengan realitas seperti ini. Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), yang berakar pada ajaran katolik dan nilai –nilai tradsional, yang sangat berperan penting dalam memandu anggotanya menyikapi perubahan sosial, ekonomi, dan politik.
Momentum Refleksi
Program-program pendidikan dan pelatihan yang
diselenggarakan oleh PMKRI tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi
juga pada pengembangan karakter dan moral. Melalui kegiatan ini, PMKRI berusaha
untuk mempersiapkan anggotanya menghadapi tantangan dunia modern dengan dasar
iman yang kokoh. Teori modernisasi menganjurkan penilaian terhadap perubahan
sosial sebagai sebuah proses positif yang mengarah pada kemajuan masyarakat. Globalisasi,
sebagai bentuk perubahan sosial yang signifikan, dianggap mempercepat
transformasi ini dengan memperkuat koneksi budaya, ekonomi, dan politik secara
global.
Namun, perspektif post-modernisme menyoroti dampak negatif
globalisasi, menekankan bahwa selain membawa integrasi global, juga muncul
ketidakpastian, fragmentasi, dan ketidaksetaraan. konflik antara nilai-nilai
tradisional dan arus globalisasi mencerminkan pertentangan antara stabilitas
identitas dan adaptasi terhadap perubahan. Sementara nilai-nilai tradisional
sering kali dianggap sebagai penjaga warisan budaya dan identitas. Karena itu
globalisasi mendorong tuntutan untuk penyesuaian dengan dinamika global yang
terus berubah. Sementara teori modernisasi cenderung melihat perubahan sebagai
evolusi positif, teori post-modernisme menggarisbawahi kompleksitas dan
multifaset globalisasi yang tidak selalu membawa dampak positif universal.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi dilema antara
mempertahankan nilai-nilai tradisional dan menyesuaikan diri dengan arus
global, organisasi dan masyarakat perlu menemukan keseimbangan yang
memungkinkan pemeliharaan identitas sambil tetap mampu beradaptasi dengan dunia
yang terus berubah. Tidak hanya itu Dalam dunia filsafat juga, perdebatan
mengenai perubahan telah menjadi topik yang dibahas oleh para pemikir terkenal
seperti Herakleitos dan Parmenides. Herakleitos meyakini bahwa "Panta rhei"
atau "segala sesuatu mengalir", yang menunjukkan bahwa perubahan
adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Di sisi lain, Parmenides
berpendapat bahwa realitas sejati adalah abadi dan tidak berubah.
Dalam ruang lingkup perhimpunan mahasiswa katolik, ajaran
sosial gereja (ASG) juga memberikan dasar yang kokoh untuk berpartisipasi aktif
dalam mewujudkan nilai-nilai agama dalam realitas modern. Pada aras ini, PMKRI
didorong untuk memperjuangkan keadilan sosial, martabat manusia, dan
kesejahteraan bersama. Juga mengemban peran penting dalam menyuarakan
nilai-nilai tersebut dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengintegrasikan ajaran sosial Gereja Katolik ke dalam aktivitas dan
programnya, PMKRI dapat menjadi agen perubahan yang berkontribusi dalam menciptakan
dunia yang lebih adil dan beradab. Keterhubngan antara ASG dan gerakan PMKRI
terletak pada upaya bersama untuk mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan,
keadilan, solidaritas, dan perdamaian dalam lingkungan kampus maupun dalam
skala yang lebih luas.
Maka, pilihan untuk mengikuti atau menentang perubahan memiliki implikasi etis dan moral yang signifikan. Mengikuti perubahan dapat dilihat sebagai usaha untuk tetap relevan dan efektif dalam menjalankan misi organisasi. Namun, ada risiko kehilangan identitas dan nilai-nilai inti. Sebaliknya, menentang perubahan dapat dilihat sebagai usaha untuk mempertahankan integritas dan konsistensi, tetapi ada risiko menjadi tidak relevan dan terisolasi. Dalam konteks ini, PMKRI perlu menimbang baik implikasi etis dan moral dari setiap pilihan yang mereka buat. Kebijaksanaan (wisdom) adalah kunci dalam menghadapi perubahan zaman dalam pilihan ini Kebijaksanaan penting sebagai kemampuan untuk memahami kompleksitas situasi dan membuat keputusan yang bijak berdasarkan prinsip-prinsip moral dan etis. Dalam konteks PMKRI, kebijaksanaan berarti menemukan cara untuk tetap setia pada nilai- nilai Katolik sambil beradaptasi dengan perubahan global. Ini mencakup kemampuan untuk mengenali peluang dalam perubahan, serta kemampuan untuk menavigasi tantangan dengan hati-hati dan reflektif.
Penulis: Emanuel Odo
Penyunting: Alfred Samudra
menyala pak sek
BalasHapus