Hillary Clinton – Sumber: detik.com |
Dalam salah satu rangkaian korespondensi pada Agustus 2014, Hillary mengirimkan delapan poin rencana kepada Podesta, yang saat itu adalah penasihat Presiden Barack Obama, yang berisi tentang cara mengalahkan ISIS.
Dalam korespondensi itu, salah satu hal yang disampaikan Hillary adalah melibatkan dukungan untuk pasukan Kurdi di Suriah dan Irak lengkap dengan penasihat militer. Pemerintahan Obama akhirnya mengambil langkah yang sama persis seperti yang diusulkan Hillary.
Dalam korespondensi itu juga terungkap bahwa sang kandidat presiden sempat menyebut Arab Saudi dan Qatar secara diam-diam memberikan bantuan keuangan dan logistik untuk ISIS. Di permukaan, Arab Saudi dan negara-negara Teluk terlihat mendukung upaya AS memerangi ISIS dan kampanye lain di dalam perang saudara Suriah.
“Pada saat operasi militer, para militer bergerak maju, kita harus menggunakan aset diplomatik dan intelijen tradisional untuk menekan Pemerintah Qatar dan Arab Saudi, yang menyediakan bantuan finansial dan logisitik untuk ISIS dan kelompok militan lain di Timur Tengah,” demikian isi surel Hillary Clinton.
“Upaya ini bisa ditingkatkan dengan menambah komitmen di pemerintah regional Kurdi. Dengan demikian, Qatar dan Saudi akan ditempatkan pada posisi untuk menyeimbangkan kebijakan antara keinginan untuk mendominasi Timur Tengah dan konsekuensi tekanan AS yang serius,” kata Hillary.
Pemerintah Qatar dan Arab Saudi membantah telah membiayai ISIS meski organisasi itu dan negara-negara Arab memiliki kepentingan yang sama, yaitu menggulingkan Presiden Bashar al-Assad yang berlatar belakang Alawi.
Para analis menduga korespondensi antara Hillary dan Podesta ini berasal dari peretasan terhadap konvensi nasional Partai Demokrat yang memicu tudingan bahwa Rusia menggunakan Wikileaks sebagai alat untuk mengganggu pemilihan presiden AS November mendatang.*
Andyka