Ket. Jajaran DPC PMKRI Larantuka pada Masa Penerimaan Anggota Baru. |
LARANTUKA, VERBIVORA.COM- Perhimpunan
Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Larantuka Santo Agustinus,
mengadakan kaderisasi pada tahapan pertama pendidikan formal berjejang yakni
Masa Penerimaan Anggota Baru. Kegiatan tersebut diadakan dari tanggal 15 hingga
17 Februari 2019 di Rumah Emaus Larantuka, Flores Timur.
Sebagai
Organisasi Perjuangan dan Pembinaan, PMKRI selalu mempersiapkan anggotanya
untuk menjadi kader-kader Bangsa dan Gereja Katolik yang tangguh, militan serta
berkualitas. PMKRI setia mendidik para anggotanya melalui jalur/sistem
pendidikan formal berjenjang untuk mempersiapkan kader-kader pemimpin muda
Negara yang berkompeten secara fisik, psikis, skill dan pengetahuan serta
memiliki komitmen moral dalam menembus amanat Penderitaan Rakyat demi
terwujudnya masyarakat Indonesia yang Adil, Makmur dan Sejahtera berdasarkan Pancasila.
Organisasi Perjuangan dan Pembinaan, PMKRI selalu mempersiapkan anggotanya
untuk menjadi kader-kader Bangsa dan Gereja Katolik yang tangguh, militan serta
berkualitas. PMKRI setia mendidik para anggotanya melalui jalur/sistem
pendidikan formal berjenjang untuk mempersiapkan kader-kader pemimpin muda
Negara yang berkompeten secara fisik, psikis, skill dan pengetahuan serta
memiliki komitmen moral dalam menembus amanat Penderitaan Rakyat demi
terwujudnya masyarakat Indonesia yang Adil, Makmur dan Sejahtera berdasarkan Pancasila.
Ketua Presidium
PMKRI Cabang Larantuka, Marselinus Atapuken dalam sambutannya menceritakan,
dalam sejarah perhimpunan, dalam kurun waktu 11 tahun PMKRI Larantuka sempat
mengalami pasang surut dalam dinamika internalnya di Lewotana Flores Timur.
PMKRI Cabang Larantuka, Marselinus Atapuken dalam sambutannya menceritakan,
dalam sejarah perhimpunan, dalam kurun waktu 11 tahun PMKRI Larantuka sempat
mengalami pasang surut dalam dinamika internalnya di Lewotana Flores Timur.
“Tentu hal ini
tidak bisa didiamkan, apalagi Kota Larantuka yang merupakan sentral bagi pengembangan peradaban dan misi spritualitas
iman Katolik di NTT dan di Indonesia, tidak dapat menghadirkan kembali PMKRI
sebagai lumbung intelektual, pembinaan dan pengembangan diri bagi orang-orang muda khusunya mahasiswa
Katolik di Lewotana. Tentu ini merupakan pekerjaan yang berat,” tuturnya.
tidak bisa didiamkan, apalagi Kota Larantuka yang merupakan sentral bagi pengembangan peradaban dan misi spritualitas
iman Katolik di NTT dan di Indonesia, tidak dapat menghadirkan kembali PMKRI
sebagai lumbung intelektual, pembinaan dan pengembangan diri bagi orang-orang muda khusunya mahasiswa
Katolik di Lewotana. Tentu ini merupakan pekerjaan yang berat,” tuturnya.
Kendatipun
demikian, sambung Marselinus, dengan campur tangan sesama anggota PMKRI, senior
dan para penyatu, PMKRI Larantuka kermudian kembali bangkit. Faktanya hari ini,
PMKRI Larantuka kembali mengadakan MPAB dengan menjala 22 insan harapan baru,
insan yang di dalamnya tumbuh roh perhimpunan yang nantinya berguna dalam misi
hidup menggelekat bagi Lewotana Lamaholot.
demikian, sambung Marselinus, dengan campur tangan sesama anggota PMKRI, senior
dan para penyatu, PMKRI Larantuka kermudian kembali bangkit. Faktanya hari ini,
PMKRI Larantuka kembali mengadakan MPAB dengan menjala 22 insan harapan baru,
insan yang di dalamnya tumbuh roh perhimpunan yang nantinya berguna dalam misi
hidup menggelekat bagi Lewotana Lamaholot.
Selain itu, Lusia Peni selaku ketua panitia MPAB mengatakan, Dalam proses untuk
melahirkan kader-kader pejuang perhimpunan yang bergerak diberbagai lini sosial
kemasyarakatan tersebut, perlu ditanamkan kesadaran bahwa realitas sosial yang
sedang berkembang membutuhkan bentuk tanggapan yang lebih profetik dan
proaktif.
melahirkan kader-kader pejuang perhimpunan yang bergerak diberbagai lini sosial
kemasyarakatan tersebut, perlu ditanamkan kesadaran bahwa realitas sosial yang
sedang berkembang membutuhkan bentuk tanggapan yang lebih profetik dan
proaktif.
PMKRI, tegas Peni, harus mampu mewartakan cita-citanya bagi banyak orang. Selain
dalam misi pewartaan dan penerjemahan visi misi, hal yang menjadi keutamaan
dalam proses ber-PMKRI adalah semangat kaderisasi karena PMKRI adalah
organisasi kader dan ini adalah tantangan terbesar yang sedang dihadapi.
dalam misi pewartaan dan penerjemahan visi misi, hal yang menjadi keutamaan
dalam proses ber-PMKRI adalah semangat kaderisasi karena PMKRI adalah
organisasi kader dan ini adalah tantangan terbesar yang sedang dihadapi.
“Saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh jajaran panitia, DPC, para
pembina, senior, para anggota penyatu, pastor moderator dan kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyukseskan MPAB. Selain itu, saya juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada 22 peserta MPAB yang telah hadir,
harapannya semoga tetap setia mengikuti proses dan tahapan selanjutnya yakni pada MABIM dan proses selanjutnya,” ungkap Lusia Peni di hadapan DPC, tim pembina, para peserta MPAB dan tamu undangan.
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh jajaran panitia, DPC, para
pembina, senior, para anggota penyatu, pastor moderator dan kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyukseskan MPAB. Selain itu, saya juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada 22 peserta MPAB yang telah hadir,
harapannya semoga tetap setia mengikuti proses dan tahapan selanjutnya yakni pada MABIM dan proses selanjutnya,” ungkap Lusia Peni di hadapan DPC, tim pembina, para peserta MPAB dan tamu undangan.
Dalam proses
MPAB kali ini, lanjut Lusia Peni, panitia mengangkat tema yang cukup reflektif
yakni “PMKRI Membangun Jati Diri di Tengah Dunia”. Tema ini diangkat untuk
merefleksikan perjalanan PMKRI dan seluruh anggota untuk kembali mengenal jati
dirinya di tengah era digitalisasi global.
MPAB kali ini, lanjut Lusia Peni, panitia mengangkat tema yang cukup reflektif
yakni “PMKRI Membangun Jati Diri di Tengah Dunia”. Tema ini diangkat untuk
merefleksikan perjalanan PMKRI dan seluruh anggota untuk kembali mengenal jati
dirinya di tengah era digitalisasi global.
“Memasuki ruang
digitalisasi dengan hadirnya era revolusi industri 4.0 sebagai poros peradaban
yang baru dalam serangan teknologi yang canggih, PMKRI kemudian berpikir untuk
bagaimana menjawabi kebutuhan anggota dengan konteks zaman. Revolusi industri
4.0 mengharuskan PMKRI untuk mampu menjawab tantangan zaman kemudian
menerjemahkan konteks zaman di level pembinaan PMKRI. Hal inilah
yang menjadi perhatian kami dan dengan mengangkat tema ini semoga kita semua
kembali berpikir untuk membaca tantangan dan menangkap tanda-tanda zaman,”
tegasnya.
digitalisasi dengan hadirnya era revolusi industri 4.0 sebagai poros peradaban
yang baru dalam serangan teknologi yang canggih, PMKRI kemudian berpikir untuk
bagaimana menjawabi kebutuhan anggota dengan konteks zaman. Revolusi industri
4.0 mengharuskan PMKRI untuk mampu menjawab tantangan zaman kemudian
menerjemahkan konteks zaman di level pembinaan PMKRI. Hal inilah
yang menjadi perhatian kami dan dengan mengangkat tema ini semoga kita semua
kembali berpikir untuk membaca tantangan dan menangkap tanda-tanda zaman,”
tegasnya.
Pantauan
verbivora.com, kegiatan MPAB yang berlangsung pada tanggal 15 hingga 17
Februari 2019 di Rumah Emaus Larantuka ini menghadirkan 22 peserta yang
merupakan mahasiswa aktif yang berasal dari Perguruan Tinggi STP Reinha
Larantuka dan IKTL Larantuka.*
verbivora.com, kegiatan MPAB yang berlangsung pada tanggal 15 hingga 17
Februari 2019 di Rumah Emaus Larantuka ini menghadirkan 22 peserta yang
merupakan mahasiswa aktif yang berasal dari Perguruan Tinggi STP Reinha
Larantuka dan IKTL Larantuka.*