Ribuan Ibu dan Anak Perempuan Protes Femisida di Meksiko


Jakarta, Verbivora.com  Pasukan polisi dan para aktivis terlibat bentrok di ibu Kota Meksiko di tengah aksi unjuk rasa memperingati Hari Perempuan Internasional pada Senin waktu setempat (8/3/2021). 

Petugas memaksa mundur para pengunjuk rasa dengan gas air mata dan tameng di lokasi demo yang berlangsung di alun-alun utama Mexico City, The Zocalo. 

Para pemrotes saat itu menyerukan kepada pemerintah untuk menindaklanjuti tingginya kasus pembunuhan atas perempuan di Meksiko, yang disebut sebagai femisida, maupun kekerasan berbasis gender.

 Menurut data pemerintah, pada 2020 sedikitnya 939 perempuan menjadi korban femisida, seperti yang dilansir dari BBC Indonesia pada Selasa (9/3/2021).  

Ribuan ibu-ibu, beberapa dengan anak perempuan mereka, mengikuti aksi unjuk rasa itu di Mexico City pada Senin waktu setempat (8/3/2021). 

Seorang gadis tampak membawa poster bertuliskan “Mereka belum membunuh saya, tapi saya hidup dalam ketakutan.” 

Di lokasi lain, sejumlah pemrotes mendobrak pagar pembatas keamanan di sekitar National Plaza dengan palu dan tongkat kayu. 

Pihak berwenang mendirikan blokade di sekitar lokasi unjuk rasa. Namun, blokade itu lalu dipenuhi dengan nama-nama korban femisida yang dipasang oleh kelompok-kelompok perempuan. 

Polisi anti-huru-hara menggunakan tameng untuk menghalangi laju para pemrotes yang ingin masuk ke lokasi National Plaza. 

Surat kabar lokal, El Universal mengungkapkan bahwa para demonstran lalu menyalakan api atas tameng-tameng milik polisi, “namun bisa segera dipadamkan.” 

Polisi lalu menggunakan gas air mata dan pentungan untuk membubarkan massa demonstran. 

Namun, menurut media lokal, sedikitnya 15 polisi dan empat warga luka-luka akibat bentrokan itu. 

Muncul laporan bahwa polisi menahan wartawan maupun mereka yang berada di kerumunan massa pengunjuk rasa. 

Bentrokan antara para aktivis hak perempuan dan polisi menjadi kian lazim di Mexico City karena, bagi para aktivis, itu adalah satu-satunya cara agar bisa mendapat perhatian dari pemerintah. 

Mereka menuduh Presiden Andres Manuel Lopez Obrador mengabaikan masalah kekerasan atas perempuan. 

Pada 2020, Lopez Obrador mengklaim bahwa isu femisida sudah “dimanipulasi” oleh para pengritik pemerintahannya. 

November tahun lalu, muncul kemarahan di penjuru Meksiko setelah polisi di resor pantai Cancun melepaskan tembakan dalam aksi protes yang menentang pembunuhan atas perempuan. 

Dua orang saat itu luka-luka kena tembakan dan dua pemprotes lainnya cedera dalam suatu kericuhan. Dilansir dari kompas.com (9/3/2021). *(JM)

Exit mobile version