Foto. Robertus Dagul, Anggota Aktif PMKRI Kupang |
Melantunkan
sajak-sajak perjuangan
sajak-sajak perjuangan
Padamu
negeri, pertiwi berkaya materi
negeri, pertiwi berkaya materi
Mengoyak tingkah para penguasa
98 masih
tertanam dalam nalar
tertanam dalam nalar
Yang
diselubungkan oleh mantan –mantan pendobrak zaman
diselubungkan oleh mantan –mantan pendobrak zaman
Sederet
potret barisan para pejuang
potret barisan para pejuang
Menyingkap
sekuil kisah dizaman orba
sekuil kisah dizaman orba
Sembari
kau hangatkan dengan secangkir kopi
kau hangatkan dengan secangkir kopi
Apabila
purnama menampak, menyinari gubuk perjuanganmu
purnama menampak, menyinari gubuk perjuanganmu
Ramulah
segudang nalarmu, bingkailah startegimu
segudang nalarmu, bingkailah startegimu
Dalam
kesunyian, dengan diam tak perlu berucap
kesunyian, dengan diam tak perlu berucap
Menepi dan merenunglah sejenak
Sembari
kau lantunkan gitamu pada sang pemilik jagat
kau lantunkan gitamu pada sang pemilik jagat
Bahwa
mimpimu tak terbuai dalam genggaman
penguasa
mimpimu tak terbuai dalam genggaman
penguasa
Semabari
bayu menemani mimpi-mimpi perjuangan
bayu menemani mimpi-mimpi perjuangan
Perlahan
jagat menampakkan fajarnya menerangi
pertiwi
jagat menampakkan fajarnya menerangi
pertiwi
Menyambut
riak para kawula dibalik gubuk
perjuangannya
riak para kawula dibalik gubuk
perjuangannya
Melontarkan
segudang tanya kepada para penguasa
dibalik kursi kuasa
segudang tanya kepada para penguasa
dibalik kursi kuasa
Inilah
waktunya kau tunjukkan pada pertiwi
waktunya kau tunjukkan pada pertiwi
Riakkan dan
riakkan sederet sajak perjuanganmu.
riakkan sederet sajak perjuanganmu.
Kupang, 19 September 2018.
Menepi
dibalik tirai –tirai sejarah
dibalik tirai –tirai sejarah
Dilumur
dengan tinta-tinta romantika colonial
dengan tinta-tinta romantika colonial
Dipeluk
dengan nafsu imperialisme
dengan nafsu imperialisme
Tuk
melumpuh tangan –tangan premanisme sejarah
melumpuh tangan –tangan premanisme sejarah
Aku
si manti, tak tega atas frustasi pembual zaman
si manti, tak tega atas frustasi pembual zaman
Berharap
pada pahlawan pertiwi
pada pahlawan pertiwi
Dengan
baret –baret perjuangannya
baret –baret perjuangannya
Menantang,
mengusir pecundang dari negeri seberang sana
mengusir pecundang dari negeri seberang sana
Pampflet-pamflet
kebencian
kebencian
Terpampang pada gedung-gedung tua
Hingga
suara dibalik speaker ala klasik
suara dibalik speaker ala klasik
Mendesah
tiada henti tangisan si Manti
tiada henti tangisan si Manti
Malam
yang terus menjerit
yang terus menjerit
Dalam
kelabu yang menyesat
kelabu yang menyesat
Seumpaian
nada preman-preman orba
nada preman-preman orba
Menggoda
dengan riak pragmatisme
dengan riak pragmatisme
Di
ufuk barat kita pernah membaca
ufuk barat kita pernah membaca
Pada
risalah-risalah sejarah
risalah-risalah sejarah
Segelumit
rentetan pengumpan nalar kritis
rentetan pengumpan nalar kritis
Sudahilah
tangisanmu Manti
tangisanmu Manti
Kupang, 19 September 2018
Izinkan
aku mengetuk relung hatimu
aku mengetuk relung hatimu
Izinkan
aku menyejukkan kalbumu
aku menyejukkan kalbumu
Ditemani
eloknya rerimbunan mawar di taman
eloknya rerimbunan mawar di taman
Juga rintikan hujan yang mendinginkan ragamu
Bisakah
aku datang….. sediakan payung
aku datang….. sediakan payung
Lalu
ku ajak tuk berteduh
ku ajak tuk berteduh
Menemani
dinginnya sore dikala senja yang singkat
ini
dinginnya sore dikala senja yang singkat
ini
Menghembus
dengan hawa mendengkur raga
dengan hawa mendengkur raga
Tetesan
yang menempah tiada deras
yang menempah tiada deras
Menyelimuti
sekujur pelupuk ragamu
sekujur pelupuk ragamu
Engkau
terpandang memanah
terpandang memanah
Pada
setiap lirikan mata kiriku
setiap lirikan mata kiriku
Kupang, 19 September 2018
*Penulis adalah anggota aktif PMKRI cabang Kupang