Prilaku Dan Pesan Alam

 

Salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup adalah air, unsur ini bersumber dari alam tempat dimana komponen alam itu tumbuh dan berkembang. Pemamfaatan sumber daya air sangat penting diperhatikan oleh manusia sebagai makhuluk yang memiliki tanggungjawab penuh atas keberlanjutan alam itu sendiri. Sehingga peran manusia dalam menjaga sumber daya alam yang salah satunya sumber daya air adalah memastikan kesediaan air didalam perut bumi tetap stabil dan yang paling penting juga adalah air tersebut tidak menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. 

Tanpa disadari berbagai kegiatan kita yang merusak sumber daya alam beserta mekanisme keberadaan dan kealamiahannya secara nyata menghantam balik kita semua. Apa yang sering kita sebut sebagai bencana alam seperti; longsor, banjir dan kekeringan sebagai salah satu bentuk kelelaian kita sebagai manusia dalam pemamfaatan sumber daya alam. Bencana alam yang terjadi kita semua paham  bermuara pada cuaca ekstrim yang disebabkan oleh perubahan iklim. Perubahan iklim juga merupakan situasi yang saat ini kita hadapi dan tidak dapat ditawar lagi kecuali meredam lajunya dengan memahami proses-proses terjadinya di alam, bahwasannya kita dapat membuka bagaimana dan mengapa iklim itu berubah. Dari pertanyaan sebab dan akibat inilah kita akan sadar bahwa secara alamiah iklim itu memang akan berubah walau tanpa campur tangan manusia. Dan, dengan adanya aktivitas manusia, yang berawal dari revolusi industri hingga sampai sekarang iklim berubah dengan begitu drastis.

Perubahan Prilaku Terhadap Alam dan Lingkungan Sekitar Kita.

Kususnya prilaku terhadap sumber daya air dewasa ini juga tidak lagi berprilaku konsevatif seperti generasi sebelumnya, justru cendrung berprilaku eksploitatif. Tanah pekarangan tidak di tanggul lagi namun di-flur, air hujan tidak lagi ditampung dalam galian di pekarangan-pekarangan; sampah organik dari sisa tanaman tidak lagi ditimbun  atau dikompos. Tanaman di pinggir danau dan di pinggir sungai tidak lagi diplihara, justru ditebangi. Kedung-kedung di sepanjang sungai dipersempit dan ditalut. Genangan-genangan air di suatu wilayah diatur (di-drain) secepatnya ke sungai. Kelelaian kita sebagai manusia dalam pemamfaatan sumber daya air setidaknya perlu menjadi perhatian serius bagi seluruh elemen bangsa terutama oleh pemegang kekuasaan dalam penanggulangan dini bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kekeringan yang tidak pernah absen disaat pergantian musim di Indonesia. 

Bencana alam seperti tanah  longsor, banjir, dan kekeringan yang susul-menyusul terjadi di berbagai wilayah di Indonesia  belakangan ini juga menjadi perhatian kusus bagi para penggiat lingkungan hidup. Badan Nasional Penanggulangan  Bencana (BNPB) menjelaskan bahwa dari tanggal 1-16 Januari 2021 terjadi setidaknya ada 136 bencana alam di Indonesia yang tersebar dibeberapa daerah dan provinsi, dari ratusan bencana alam yang terjadi tersebut didominasi oleh bencana banjir sebanyak 95 kejadian disusul oleh bencana tanah longsor 25 kejadian. Kita juga menyadari bahwa berbagai upaya fisikpun terus dilakukan oleh pemerintah dalam meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan yang semakin meluas seperti; pembangunan Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam upayah mencegah terjadinya luapan aliran sungai, pembangunan beronjong yang bertujuan untuk mengurangi erosi pada tanah, pembangunan disektor pengairan yang seperti waduk, bendungan yang bertujuan untuk mengantisipasi krisis air pada musim kemarau, terus di upayakan tetapi hasilnya belum bahkan tidak bisa dirasakan, sehingga kerusakan susulan makin menjadi. 

Bencana Sebagai Bentuk Protes Alam Untuk Mengembalikan Keadaanya Seperti Semula.

Bencana banjir disertai tanah longsor dan kekeringan yang terjadi sili berganti diberbagai daerah  di Indonesia  menjadi pandangan publik yang memilukan. Dan tampaknya periode ini Indonesia ditampar oleh berbagai peringatan serius dari alam dan lingkungan. Beberapa daerah di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Medan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Aceh, secara berkala telah menjadi langganan banjir, longsor, dan kekeringan. Dari beberapa daerah yang saya sebutkan diatas kejadian serupa juga terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bencana banjir, tanah longsor yang sisebabkan oleh curah hujan yang ekstrim diawal bulan April 2021 menyebabkan puluhan warga meninggal dunia, kehilangan tempat tinggal, kehilangan lapangan pekerjaan, kehilangan lahan pertanian, rusaknya fasilitas-fasilitas umum, lumpuhnya akses perekonomian antar kabupaten dan kecamatan  dan masih banyak akibat lainya yang disebabkan oleh bencana alam yang terjadi. 

Dalam melihat pristiwa semacam ini, alam tentunya tidak bisa sepenuhnya kita salahkan ketika banjir dan tanah longsor kerap menghajar sentra pemukiman penduduk, justru dengan pristiwa ini mengajak kita untuk tidak bisa lagi hanya berteriak-teriak tentang kerusakan alam. Kita mestinya melakukan sesuatu hal yang konkret, yang tidak saja berhenti merusak alam tetapi lebih dari itu memperbaiki alam dari aktivitas kita sebagai manusia yang memeiliki tanggungjawab penuh dalam menjaga dan merawat keberlanjutan lingkungan hidup atau alam itu sendiri. 

Penting bagi pemangku kebijakan untuk terus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pemamfaatan  sumber daya alam kususnya sumber  daya air guna menanggulangi bencana banjir di Indonesia sehingga pemamfaatan sumber daya air yang evektif dan efisien di Indonesia baik di kota maupun di desa perlu diberikan pemahaman yang dasar tentang keterkaitan Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu dan hilir, wilayah air dan ekologi; keterkaitan antara pembuangan limbah dan penurunan kualits air sungai; keterkaitan antara banjir dan kekeringan; keterkaitan antara sampah-pendangkalan dan banjir; keterkaitan pengambilan air tanah besar-besaran dengan kerugian intrusi air laut; keterkaitan antara penebangan pohon/hutan dengan banjir,longsor, dan kekeringan; keterkaitan ekosistem sungai dengan kekeringan,banjir, dan penurunan kualitas air, serta bagaimana dan dengan cara apa langkah selanjutnya dalam pemamfaatan sumber daya air dan konservasi terhadap sumber air.

Oleh : Onesimus F. Napang

RELATED ARTICLES

Most Popular