PMKRI Serukan Jeda Kemanusiaan di Tanah Papua

Denpasar, vebivora.comPerhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI)  se-Indonesia menyerukan jeda kemanusiaan yang terjadi di tanah Papua. Hal ini dibacakan setelah selesai kegiatan Konferensi Studi Nasional (KSN) PMKRI yang dilaksana di Denpasar sejak tanggal 19 hingga 25 November 2023.

Seruan tersebut dibacakan langsung oleh Tri Natalia Urada, ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI dan didampingi oleh ketua-ketua presidium PMKRI seluruh Indonesia, (25/11/2023, malam).

Menurut PMKRI sumber daya alam yang tinggi dan keindahan alamnya serta keberagaman budayanya tanah Papua yang kini dijuluki sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi berbanding terbalik dengan apa yang terjadi sekarang menjadi petaka bagi kehidupan masyarakat Papua karena banyak pihak yang lebih menginginkan sumber daya alam dan tidak menginginankan manusia Papua.

Baca juga: KSN di Denpasar, ini Pesan Ketua PP PMKRI

Sebagaimana yang telah diatur pada pasal 281 ayat (1) UUD 1945 tentang Hak Asasi Manusia namun perintah konstitusi dan aturan HAM pada prakteknya tidak berlaku bagi seluruh rakyat Papua.

Masyarakat Papua dipedalaman wilayah administrasi Kabupaten Nduga, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Puncak dan kabupaten lainnya yang terus dihantui dengan konflik senjata antara Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TNPPB) dan TNI/Polri membuat masyarakat tidak merasa aman, hidup penuh dengan kecemasan dan ketakutan diatas tanah mereka sendiri.

Berdasarkan data yang dihimpun PMKRI dari KOMNAS HAM, LBH Papua, dan beberapa media sejak 2018 hingga sekarang, ditemukan data jumlah pengungsian dan korban jiwa:
– Kabupaten Nduga, pengungsi 37.000 orang; meninggal dunia 7 orang (2018-2020)
– Kabupaten Intan Jaya, pengungsi 1.237 orang; meninggal dunia 2 orang (2020)
– Kabupaten Mimika, pengungsi 1.582 orang; meninggal dunia 2 orang (2020)
– Kabupaten Punjak Jaya, luka tembak 1 orang; meninggal dunia 4 orang (2020)
– Kabupaten Pegunungan Bintang, pengungsi 91 orang (2023)
– Kabupaten Yahukimo, pengungsi 674 orang; meninggal dunia akibat bencana kelaparan 24 orang (2023)
– Kabupaten Maybrat, penggungsi 5.000 orang; meninggal dunia 138 orang (2019-2023)

Dari beberapa contoh kasus yang terjadi itu akibat konflik yang terjadi antara TNPPB dan TNI/Polri yang mengakibatkan pembunuhan, pengungsian, penembakan dan sebagainya yang dialami oleh masyarakat sipil yang ada di daerah rawan konflik di Papua.

Baca juga: Bahas Isu Ekologi – Keadilan Iklim di KSN 2023, PMKRI Ajak Kementerian Lingkungan Hidup Kolaborasi

Seruan PMKRI untuk Tanah Papua

Tentu PMKRI sebagai organisasi yang turut memperjuangkan terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati forum ketua-ketua PMKRI se-Indonesia ingin menyuarakan Isu Kemanusiaan yang terjadi di tanah Papua:

Pertama; Mendukung jeda kemanusiaan yang tengah disuarakan dan didorong oleh para tokoh-tokoh bangsa Indonesia sebagai upaya mencegah jatuhnya korban jiwa yang semakin banyak di Tanah Papua

Ketua; Mengecam seluruh tindakan konflik bersenjata oleh TNPPB dan TNI/Polri yang mengakibatkan banyak warga sipil mengungsi dan yang meninggal di Papua

Ketiga; Meminta TNPPB dan TNI/Polri agar segera menghentikan konflik bersenjata di daerah pedalaman Papua

Keempat; Mendorong Pemerintah dan antara pihak-pihak berkonflik di Papua untuk memulai menjajaki dialog sebagai upaya penyelesaian akar masalah di Papua. Tentu penjajakan dialog ini perlu difasiilitasi pihak penengah yang netral dan terpercaya

Kelima; Mendesak Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah agar memberi perhatian kepada para pengungsi di Tanah Papua

Keenem; Kami mendorong Pemerintah RI, pemerintah kabupaten/kota di Papua, tokoh agama di Papua, tokoh masyarakat, serta TNPPB dan ULMWP agar mengambil langkah-langkah memulai kembali kesepakatan JEDA KEMANUSIAAN di Papua.

PMKRI berharap seruan jeda kemanusiaan ini mendapatkan dukungan seluruh masyarakat Papua, Indonesa dan maupun masyarakat seluruh dunia. Konflik di tanah Papua perlu mendapatkan upaya solidaritas kita bersama.

Baca juga: KSN di Denpasar, ini Pesan Ketua PP PMKRI

Penutupan kegiatan Konferensi Studi Nasional yang diselenggarakan di Denpasar Bali sejak 19-25 November 2023 dan menyuarakan Isu Kemanusiaan yang terjadi di Pupua oleh ketua-ketua presidum PMKRI se-Indonesia
Penutupan kegiatan Konferensi Studi Nasional yang diselenggarakan di Denpasar Bali sejak 19-25 November 2023 dan menyuarakan Isu Kemanusiaan yang terjadi di Pupua oleh ketua-ketua presidum PMKRI se-Indonesia

Perjuangan kita untuk membangun bangsa yang maju menuju Indonesia Emas sungguh tidak akan pernah tercapai jika martabat dan jaminan keamanan hidup tidak kita perjuangkan mulai hari ini, dari tempat PMKRI mengkonsolidasikan isu dan perhatiannya bagi bangsa kita dan Gereja.

Teringat ucapan Jhon Lenon tentang mimpi dan solidaritas; “mimpi yang kita mimpikan sendiri hanyalah mimpi, namun mimpi yang kita mimpikan bersama adalah kenyataan”.

Tri Natalia Urada (Ketua Presidium PP PMKRI ST. Thomas Aquinas Periode 2022-2024)

Adapun ketua yang hadir dalam menyerukan jeda kemanusiaan ini adalah Thalia M. L. Ohoitimur, (Jayapura), Yakobus Tonce Horang (Maumere), Yohanes Tola (Yogyakarta), Alexandro Rolandi (Denpasar), Yance Yesnat (Kota Sorong), Aldoni Sinaga (Medan), Febrian Muda (Jakarta Barat), Maria C.I.L. Dory (Jakarta Pusat), Maruli Tua Sihombing (Pematangsiantar), Marianus Humau (Kupang), Agustinus Neno (Atambua), Marsel Rian Hemat (Alor), Laurensius Lasa (Ruteng), Doroteus Hartono (Malang), Dawita Rama (Makassar), Demianus T. Arruan (Toraja).

Juga Ketua Olimpius Kurniawan (Surabaya), Paskalis Waceka (Mataram), Rahel Dewi Sartika (Palangkaraya), Yohanes G. Karmon (Samarinda), Afrianus R. Pangindaheng (Balikpapan), Aurelius M. De Quirino (Bogor), Delvisius M. Sonda (Jakarta Timur), Yakobus Vigur (Sambas), Mikael Tae (Pontianak), Rolina Situmorang (Pekanbaru), Partogi Simanjuntak (Padang), Bonifasus Hae (Kabupaten Sorong), Natael Bremana W. B. (Semarang), Marianus Ebok (Gowa) Theresia Bue (Jakarta Selatan), Simfroanus Gusti (Labuan Bajo), Andreas Amanda (Palembang), Oskar Ibori (Bintuni), Leo Asli Hulu (Banjarmasin), Yosefh Goa (Jakarta Utara), dan Fransiskus Lori (Landak).

Exit mobile version