Medan, Verbivora.com – Kader Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Medan memberikan pendidikan gratis bagi anak-anak yang bermukim di pinggiran rel kereta api.
Keterbatasan ekonomi tidak menjadi penghalang sejumlah kader PMKRI, untuk memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak pinggiran rel, di Jalan Orde Baru, Kelurahan Sei Agung, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara, Jumat (9/4/2021).
Ketua Presidium PMKRI Cabang Medan Cepereanus Gea, mengatakan, pendidikan gratis merupakan wujud kepedulian mahasiswa dan sebagai kader organisasi, sekaligus menunjukkan pentingnya pendidikan bagi anak-anak usia di bawah 12 tahun.
“Ini bentuk kepedulian kita terhadap situasi pendidikan saat ini. Kami sebagai kader dan mahasiswa harus turut andil memberikan pendidikan bagi masyarakat yang membutuhkan,” katanya.
Adapun jenis kegiatan mengajar yang dilakukan, membaca, menulis, menghitung, mewarnai gambar, edukasi tentang pentingnya pendidikan bagi anak sekolah dasar dan pentingnya perhatian orang tua terhadap ativitas keseharian anak.
Sedangkan kepada para orang tua, kader PMKRI memberikan pengajaran tentang cara membuat sabun cuci piring dengan bahan dan alat yang murah, sederhana serta praktis. Hasilnya nanti akan dibagikan secara gratis kepada orang tua siswa.
Koordinator kegiatan Mega Nadeak, menyebut, kegiatan ini akan terus berlanjut diberbagai tempat nantinya.
“Hari ini kami melakukan kegiatan ditempat ini, tetapi kami berkomitmen akan terus melanjutkan kegiatan serupa,” ujarnya.
Mega menjelaskan, lokasi kegiatan di Jalan Orde Baru menjadi pilihan karena dari beberapa survei yang mereka lakukan, tempat itu yang paling membutuhkan pengajaran.
“Kami memilih lokasi ini karena dari beberapa survei yang telah kami lakukan, lokasi ini merupakan yang paling membutuhkan perhatian, karena banyak anak-anak yang putus sekolah dan warga juga menyambut kegiatan ini dengan baik,” jelas Mega.
Mereka juga ingin mengubah pola pikir yang terbentuk pada anak-anak yang ada di lingkungan ini, mereka ingin anak tidak berpikir hanya untuk uang.
“Waktu pertama kemarin ke sini, anak-anak kalau disuruh mengerjakan sesuatu langsung minta uang. Jadi pola pikir itu yang akan kita perbaiki sedikit demi sedikit,” ungkap Cepereanus.
Liska Simanungkalit, salah satu orang tua anak yang hadir mendamping, mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurut dia, kegiatan ini sangat positif dan harus didukung agar tetap berjalan dengan baik dan bisa mengarahkan anak-anak agar lebih memakai waktu untuk belajar.
“Saya merasa senang ada yang mengajari anak-anak. Kalau ada yang mengajari kan waktunya untuk bermain pasti makin sedikit,” pungkas Liska. *(AR)