Jakarta, Verbivora.com – Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) merayakan acara Dies Natalis PMKRI yang ke-74 tahun di Aula Margasiswa I, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (25/5/2021).
Perayaan Dies Natalis PMKRI ini diawali dengan misa syukur yang dipimpin oleh Romo Setyo Wibowo S.J dan dilanjutkan dengan sidang kehormatan yang dihadiri oleh para alumni PMKRI dan perwakilan organisasi Cipayung seperti HMI, GMNI, KMHDI, IMM, GMKI serta puluhan anggota PMKRI.
Mewakili anggota penyatu, Robert Na Endi Jaweng, dalam sambutannya mengatakan, kiranya seluruh kader PMKRI baik di tingkatan cabang maupun pengurus pusat mampu menjaga wadah ini untuk tidak hanya bagi gereja dan tanah air tetapi juga dari gereja untuk tanah air.
“Kini saatnya kita bergerak dari titik bagi gereja dan tanah air menuju level yang lebih strategis yakni dari gereja untuk tanah air, artinya kita mulai dari gereja untuk membentuk kader-kader bayangkara gereja untuk kemudian bisa berkiprah di semua lapangan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya,” jelas Endi.
Selanjutnya Ketua PP PMKRI, Benidiktus Papa dalam pidatonya menyampaikan, Dies Natalis PMKRI yang ke-74 ini selain pandemi Covid-19 ada dua isu yang perlu diperhatikan yakni radikalisme dan otonomi khusus Papua.
“Isu radikalisme kembali mencuat akhir-akhir ini dimana beberapa waktu lalu terjadi kekejaman yang cukup keji, korban terorisme di Poso, Sulawesi Tenggara, sebelum itu juga ada teror bom di gereja Makassar, yang mau tidak mau, pemerintah harus bersikap lebih serius lagi dalam menanganinya,” tegas Beni.
Lanjut Beni, berikutnya adalah isu ototnomi khusus Papua dimana kita ketahui bersama sebentar lagi Undang-Undang Otonomi Khusus (UU Otsus) akan segera disahkan, menjadi pertanyaan bagi kita seberapa serius masalah pembangunan Papua ditangani oleh pemerintah.
Dia menambahkan, tentu kita mengapresiasi pemerintah yang selama ini mencoba mengejar pihak-pihak yang berusaha merong-rong persatuan negara, namun kita juga tidak ingin kebijakan yang diambil pemerintah justru mengangkangi keadilan dan hak asasi masyarakat Papua.
“Dua persoalan ini yang menurut saya harus dijadikan masalah prioritas yang harus dijawab ke depan oleh pemrintah saat ini,” tuturnya.
Selain itu, Beni juga menjelaska mengenai tema Dies Natalis yakni adaptif, kontekstual dan berdaya saing.
“Tentu PMKRI yang kita inginkan adalah PMKRI yang selalu adaptif dengan semua perubahan terutama perubahan saat ini di era digital, PMKRI juga di usianya yang ke-74 ini harus mampu menjawab harapan-harapan masyarakat sesuai dengan konteks kekinian sehingga kontekstualisasi isu menjadi sangat pengting, selain itu juga untuk dapat berdaya saing maka pengembangan sumber daya manusia menjadi sangat penting bagi kader PMKRI,” tutupnya. *(JM)