Foto. Dok. Pribadi |
KUPANG, Verbivora.com- Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kupang St. Fransiskus Xaverius pada hari Senin, 07 Mei 2018 melaksanakan kegiatan Latihan Kepemimpinan Kader (LKK) . Latihan Kepemimpinan Kader merupakan kegiatan formal organisatoris yang rutin dilaksanakan PMKRI setiap tahun. LKK dilaksanakan demi meningkatkan kemampuan analisis kader terhadap berbagai macam persoalan sosial, ekonomi, dan politik yang sedang terjadi di masyarakat.
Kegiatan ini berlangsung pada tangga 07 Mei sampai 12 Mei 2018 di gedung Kwarda Pramuka NTT, dengan jumlah peserta sebayak 40 orang. Kegiatan ini buka oleh Anggota Dewan pertimbangan (ADP) yang di wakilli oleh Kaka Siprianus S. Making.
Ketua Panitia Pelaksana LKK, Filibertus Oswin Nua dalam laporannya mengatakan, sebagai kaum muda harapan gereja dan bangsa mestinya secara cepat dan bijak untuk terus menepis arus globalisai ini dengan memperkuat diri serta ikut terlibat dalam rutinitas kegiatan organisatoris sehingga generasi muda terus memperkuat unutk menepis semuanya ini.
”Kaum muda yang menjadi agen of change mestinya menjadi garda terdepan untuk membangun kekuatan secara internal maupun secara organisatoris untuk terus berproses menuju transformasi leadhership. Continue pembentukan ini melalui pembinaan dan mengaktulisasikan diri dalam wadah pergerakan dan pembinaan kaum muda sehingga kami yang tergabung dalam Wadah PMKRI Cabang kupang membuka mata melihat segala persoalan yang telah terjadi serta yang akan datang untuk maju mempersiapakan diri menjadikan diri sebagai pemimpin visioner yang mampu membawa perubahan yang berpegang teguh pada prinsip kepemimpinan yang berintegritas serta realistis demi terwujudnya bangsa dan gereja yang damai,” Ujar Oswin sapaan akrab Filibertus alumni Universitas Katolik Widya Mandira Kupang itu.
Dalam pidato Ketua Presidium PMKRI Cabang Kupang Periode 2017/2018, Markus Gani, menyampaikan LKK merupakan pendidikan formal di tingkat cabang. Latihan Kepemimpinan Kader pada tahub 2018, Dewan Pimpinan Cabang mengangkat tema : “ Kemanusiaan, Keadilan dan Hukum,” Mengapa demikian ?
Dengan adanya buruh migran, yang ada di Nusa Tenggara Timur, DPC PMKRI Cabang Kupang melihat akhir-akhir ini, kasus buruh migran merupakan kasus yang kompeks. Untuk itu, persoalan fenomenal ini harus didiskusikan secara serius, kemudian memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada pemerintah untuk menyikapi persoalan ini.
Lebih lanjut Marko sapaan akrab Markus Gani menyebutkan, “upah minimum regional yang naik 8,5 % yang dari Rp. 1.500.000,00 naik menjadi Rp. 1.685.000,00. Namun, belum mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, tidak cukup menghidupi kebutuhan keluarga. April 2018, kematian tenaga kerja Indonesia (TKI) mencapai 32 orang. PMKRI secara nasional maupun tingkat cabang meryikapi secara serius dan mendiskusikan persoalan tersebut dalam momentum LKK”, tandas Marko.
Kemudian Marko juga menyoroti persoalan human trafficking yang marak terjadi NTT akibat dari minimnya upah kerja buruh. “Berbicara tentang human trafficking bukan saja kita berbicara tentang berapa banyak TKI yang meninggal, tetapi juga memperjuangkan berapa banyak upah kerja buruh. Upah buruh kasar tiga puluh ribu hingga lima puluh ribu per hari dan kita kalikan dengan tiga puluh hari, tentu tidak mencapai upah minimum. Itu merupakan masalah kita bersama,” tandasnya.
Selain itu Marko mengajak paa peserta untuk melihat sejauh mana persoalan itu diselesaikan berdasarkan undang-undang No. 2 Tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Oleh karena itu, secara khusus PMKRI Cabang Kupang di momentum LKK ini menyoroti persoalan PHK, Honorer K2, dan lainnya yang belum diatasi.
Sedangkan, Siprianus S. Making dalam sambutan mewakil Anggota Dewan Penyatu (ADP) mengatakan bahwa, membina diri dalam sebuah organisasi tidak serta merta saya masuk dan saya menjadi kader.
“Saya masuk membina diri dan mengikuti semua jenjang pembinaan disertai dengan pendampingan dari senior-senior. Mengapa demikian ? Karena, menurut Antonio Gramsci segala bentuk pembinaan tanpa pendampingan itu sama dengan nol. Yang ada hanya teori dan paktek pasti nol,” ujarnya.
Menurut Sipri Making, menjadi kader berarti mempunyai nilai lebih. Masing-masing kita punya nilai lebih yang harus ditonjolkan. Ia menekankan agar jadilah kader yang paripurna. Menjadi kader yang paripurna, apapun yang terjadi ia tetap emas, meski direndadalam lumpur sekalipun.
Mantan Ketua PMKRI Cabang tersebut menekankan kepada peserta LKK agar, setelah LKK, harus tanamkan dalam diri masing-masing bahwa kehadiran saya di mana-mana harus mempengaruhi pengambilan dalam sebuah keputusan di organisasi apapun.
Sipri Making mengajak peserta LKK maupun DPC PMKRI Cabang Kupang untuk saling melengkapi di momentum LKK ini, “mari saling menjaga dan melengkapi dengan memperhatikan tiga benang perhimpunan yakni, Kristianitas, Fraternitas dan Intelektualitas” tutup Siprianus S. Making sekaligus membuka kegiatan LKK PMKRI Cabang Kupang 2018 dengan resmi
Adapun yang menjadi peserta LKK yakni PMKRI Cabang Kupang, serta delegasi PMKRI Cabang Alor, PMKR Cabang Mbay, dan PMKRI Cabang Maumere. (y/s)