Aksi bela Islam 4 November – Foto:daroelazis.com |
Padahal menurutnya, sejak era kepemimpinan Joko Widodo saat menjadi gubernur DKI hingga Ahok, persolan etnis dan agama sudah bukan menjadi persoalan lagi di Jakarta.
“Tapi sekarang kenapa jadi menurun,” ujar Henny. dalam jumpa pers bersama Aliansi Masyarakat Sipil untuk Konstitusi (AMSIK), di sebuah restoran di Jalan Cikini 1, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (20/1/2017).
Henny menilai, masyarakat, khususya di Jakarta, merupakan masyarakat yang ingin hidup dalam kebhinekaan dan keberagaman. Ia menyanyangkan munculnya sifat intoleran hanya karena pidato Basuki Tjahja Purama di Kepulauan Seribu.
“Tetapi sayang, ketika Pak Ahok keceplosan, kok menjadi masyarakat yang intoleran,” kata Henny.
Henny juga melihat, muculnya kelompok atau ormas tertentu yang membuat diri seolah berkuasa melebihi Negara, akan meruncig gejolak di Indonesia. Kelompok ini, kata dia, selalu minta didengarkan, jika tidak mengancam akan demo.
“Dia tidak mematuhi perundang-undangan di Indonesia,” ujar Henny.
Karena itu, Henny menegaskan, yang menjadi persoalan penting saat ini adalah merawat kembali rasa cinta terhadap keberagaman dan kebhinekaan, khususnya kepada para pemimpin.
“Bahwa pemimpin sangat berperan, dalam mendorong masyarakat menjadi beragam, mencintai kebhinekaan, bukan masyarakat yang anarkisme,” ujar Henny.* (AT)