Percepat Transformasi, Kominfo Fokus Meningkatkan Kemampuan Talenta Digital

Jakarta, Verbivora.com – Menurut Kepala Badan Penelitan dan Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Hary Budiarto, sejalan dengan upaya untuk mempercepat transformasi digital, focus yang dilakukan saat ini dengan meningkatkan kemampuan talenta digital. 

“Kita harus segera melakukan transformasi digital. Mari kita bersama-sama untuk bisa meningkatkan talentanya, jadi kalau bisa meningkatkan talenta digital, mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang berbasis ICT,” ungkapnya dalam pembukaan PRO Academy Batch 1 yang berlangsung daring, Jakarta, Rabu (17/03/2021).

Kominfo berupaya meningkatkan kompetensi para tenaga kerja Indonesia pada bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK).  Melalui penyelenggaraan Professional Academy Digital Talent Scholarship (DTS) 2021, Badan Penelitan dan Pengembangan SDM menyediakan beasiswa pelatihan bagi profesional untuk meningkatkan daya saing dan menyiapkan alih kompetensi di sektor ekonomi digital.

“Pada era industri 4.0 daya saing dan kemampuan profesional kita perlu untuk ditingkatkan. Tujuannya untuk meningkatkan kapabilitas tenaga kerja terampil di bidang TIK yang lebih adaptif dan produktif sesuai dengan kebutuhan industri dan mampu bersaing baik di pasar domestik terlebih di internasional,” ujarnya.

Secara keseluruhan, PRO Academy akan melatih 24.000 orang pada tahun ini. Untuk batch pertama ini yang mendaftar sebanyak 18.827 orang dan yang diterima sebanyak 12.100 orang. 

“Kami mengharapkan dari seluruh peserta uyang diterima ini bisa memanfaatkan pelatihan untuk menambah pengetahuan dan bisa seoptimal mungkin untuk mengikuti sertifikasi dan bisa lulus,” kata Hari Budiarto. 

Ia menyatakan, penyelenggaraan program DTS 2021 merupakan upaya Kementerian Kominfo untuk menjalankan arahan Presiden Joko Widodo agar Indonesia memiliki talenta digital dan mampu berkompetisi secara global.  

“Pak Jokowi waktu itu menyebutkan di Istana bahwa memasuki era digital, mari kita menguasai dunia dengan menggunakan talenta digital,” terangnya. 

Menurut Hary Budiarto, saat ini Indonesia membutuhkan sekurangnya sembilan juta talenta digital. 

“Indonesia bisa menguasai dunia tapi jumlah tenaga profesionalnya harusnya 1% dari jumlah penduduk, atau 2,5 juta sampai 3 juta orang profesional,” jelasnya.

Menurutnya, pelatihan untuk profesional sangat diperlukan, karena saat ini Indonesia tengah menjalani era industri 4.0 dan akan memasuki masyarakat 5.0. Dua tahapan itu akan membutuhkan talenta yang memiliki kemampuan untuk melakukan data analysis, menguasai augmented reality, cyber security, artificial intelegence, hingga internet of things.

“Jika pelatihan ini bisa diikuti 4 ribu profesional, kita masih punya pekerjaan rumah untuk sekitar 800 kali lagi. Dan tahun ini kita menargetkan bisa mencetak 100 ribu talenta digital,” harapnya. 

Hary Budiarto melanjutkan, Program DTS merupakan program untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi talenta digital.  “Jadi program penyediaan beasiswa untuk talenta digital di sini bukan kita memberikan beasiswa berupa uang tetapi tetap berikan pengetahuan kita memberikan pelatihan ya kemudian sertifikasi itu perlu biaya kita bantu biayanya dan sebagainya,” pungkasnya.

Dia juga menjelaskan, perubahan nama Online Academy menjadi Profesional Academy ditujukan untuk menyesuaikan dengan target sasaran peserta pelatihan yakni masyarakat yang sedang bekerja dan yang pernah bekerja. 

Optimasi Ekonomi Digital

Hary Budiarto menyebut, potensi dan peluang akibat pandemi Covid-19. Menurutnya, kebutuhan talenta digital untuk industri 4.0 kini lebih dilipatgandakan dengan adanya pandemi. 

“Ini didorong lagi dengan adanya pandemi, untuk bisa memulihkan ekonomi hanya ada dua sektor yang bisa membantu, yang pertama adalah sektor digital maka kita namakan sebagai ekonomi digital dan sektor yang kedua adalah pariwisata,” sebutnya.

Ia juga menyatakan, di sektor ekonomi digital, salah satu yang diupayakan Kementerian Kominfo dengan melatih pelaku UMKM agar bisa masuk ke pasar digital. Selain itu juga, mendorong pekerja yang mengalami PHK bisa berwirausaha digital.

“Kalau sektor digital tadi tentunya adalah ekonomi harus segera disiapkan jadi para UMKM yang ada itu harus masuk segera kepada pasar. Kemudian kita mendapatkan data bulan Agustus 2020 ya, ada sekitar 29,2 juta penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19, mereka itu bisa di-PHK karena industrinya tidak jalan.  kemudian juga mereka bisa itu maksudnya gantian kerjanya kerjanya pergantian seminggu sekali kerja dan sebagainya atau pakan yang betul-betul hiburan atau atau betul-betul mereka tidak bisa bekerja jadi ini ada banyak sekali yang harus kita lakukan pe-er-nya,” paparnya seperti dilansir kominfo.go.id.

Program DTS 2021 berlangsung dalam bentuk pelatihan dan/atau sertifikasi dengan mitra penyelenggara termasuk global tech companies di antaranya Amazon, Cisco, Facebook, Google, IBM, Microsoft, Oracle, Progate, Red Hat, serta mitra lokal di bidang edutech. DTSdipetakan dalam tujuh akademi, yaitu: Fresh Graduate Academy, Vocational School Graduate Academy, Government Transformation Academy, Digital Entrepreneurship Academy,Thematic Academy, Talent Scouting Academy, dan Professional Academy (sebelumnya Online Academy) dengan target lebih dari 100.000 talenta yang akan diberikan fasilitas beasiswa pelatihan intensif dan program sertifikasi.

Selain Kepala Badan Litbang SDM, pembukaan Profesional Academy juga dihadiri oleh perwakilan mitra penyelenggara antara lain Adri Gautama (Cisco), Narenda Wicaksono (Dicoding), Norman Ganto (Progate), David Wijaya (Red Hat) dan Yovita Surianto (DQLab). *(AR)


Exit mobile version