Penguatan Nilai Kebinekaan Indonesia di Tengah Kedaruratan Intoleransi

Foto dok. PMKRI Makassar

Makassar, Verbivora.com – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Makassar Sanctus Albertus Magnus Periode 2020/2021 menggelar Webinar bertajuk Penguatan Nilai Kebinekaan Indonesia di Tengah Kedarurata Intoleransi, Minggu (14/02/2021).

Kemajemukan dalam dimensi kehidupan masyarakat Indonesia merupakaan keniscayaan. Hal tersebut sekaligus menjadi tantangan tersendiri di tengah maraknya isu intoleransi akhir-akhir ini. 

Oleh karena itu, pemahaman serta internalisasi nilai kebinekaan dianggap penting guna menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, budaya dan agama.

Webinar tersebut dihadiri oleh tiga narasumber, Dr. Antonius Sudirman, SH., M.Hum., (Dekan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Makassar), Diah Pitaloka, S.Sos., M.Si., (DPR RI Komisi VIII) dan Benidiktus Papa, ST., (Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI).

Antonius Sudirman dalam materinya, menyampaikan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya intoleransi.

“Intoleransi terjadi karena terkikisnya nilai-nilai kebinekaan, klaim kebenaran (truth claim),  fanatisme sempit, rendahnya kualitas iman baik terhadap pemahaman agamanya maupun agama lain, faktor politik, kemiskinan dan ketidakadilan serta lemahnya penegakan hukum (pembiaran), katanya.

Ia menambahkan, pentingnya menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.

“Sangat dibutuhkan internalisasi nilai-nilai pancasila di semua kalangan masyarakat, para pembuat aturan harus mampu mencegah produk hukum yang diskriminatif dan melakukan advokasi kepada kaum lemah yang mengalami pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM),” tegas Anton.

Diah Pitaloka menyampaikan, kebinekaan adalah hal yang tidak asing lagi, bagi kita masyarakat Indonesia sebagai pemersatu bangsa dan negara.

“Namun munculnya intoleransi menjadi tantangan tersendiri yang dipengaruhi oleh menguatnya politik identitas, dikapitalisasi sehingga dibutuhkan gerakan kolektif dalam pemahaman nilai-nilai pancasila kepada seluruh elemen masyarakat,” jelasnya.

Selain itu, Benidiktus Papa menyampaikan tiga hal penting yang menjadi pendorong gerakan intoleransi.

“Intoleransi tidak muncul begitu saja, tentu ada faktor pendukung, penegakan konstitusi yang belum maksimal, penggunaan media sosial tidak sehat dan gerakan-gerakan politik identitas,” tutup Beni. *(AR)

Foto dok. PMKRI Makassar


Exit mobile version