JAKARTA, VERBIVORA.COM– Saya awali tulisan ini dengan pertanyaan reflektif, apa yang sudah dilakukan oleh Pemuda untuk membangun Indonesia? Mungkin bagi segelintir orang menganggap orang-orang muda saat ini bukan menjadi generasi yang bisa memberikan solusi terhadap berbagai polemik yang dihadapi oleh bangsa ini, justru menjadi generasi yang menghadirkan masalah baru. Apalagi ketika melihat orang-orang muda selalu berteriak di jalanan untuk memperjuangkan keadilan, menyuarakan suara orang-orang yang tidak bisa bersuara. Kalau meminjam perkataan soekarno “sebagai penyambung lidah rakyat”. Bahkan sampai ada yang merasa risih, karena kegiatan jalanan hanya menimbulkan masalah baru seperti kemacetan lalu lintas, dan lain sebagainya. Lantas apakah orang-orang muda layak dikatakan sebagai pilar pembangunan bangsa?
Belajar dari sejarah gerakan pemuda
Gerakan pemuda sebenarnya sudah dimulai sejak 1915. Seperti yang ditulis dalam buku Indonesia dalam arus sejarah (2013), menyatakan bahwa terdapat sebuah perkumpulan yang beranggotakan pelajar bumi putera yang berasal dari perguruan dan sekolah-sekolah di Jawa yang bernama Tri Koro Dharmo (tiga tujuan mulia) yang berdiri pada tanggal 7 Maret 1915. Tiga tujuan mulia tersebut adalah sakti, bukti, dan bakti. Perkumpulan ini didirikan dengan tujuan untuk menghasilkan suatu perubahan dari cara pandang pemuda akan situasi dan kondisi Indonesia yang terjadi pada waktu itu. seiring berjalannya waktu, Tri Koro Dharmo ini berubah nama menjadi Jong Java agar keanggotaan dari perkumpulan itu bisa menjangkau ke wilayah yang lebih luas lagi. Bahkan seluruh pelajar di Jawa, Madura, Bali, dan Lombok bisa bergabung. Kemudian mereka menggelar berbagai kongres untuk menyempurnakan dan menyebarkan pentingnya peran pemuda kepada seluruh elemen masyarakat. Kegiatan perkumpulan ini menyisir pada masyarakat yang buta huruf agar pemuda bisa melihat dunia luar.
Sebenarnya, gerakan pemuda sudah dimulai sejak 1908 dengan hadirnya suatu perkumpulan yang bernama Perhimpunan Indonesia. Perkumpulan ini diinisiasi oleh beberapa tokoh seperti Tjipto Mangoenkoesoemo, Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara), Sutan Sjahrir, dan Mohammad Hatta. Namun, perkumpulan ini belum menunjukan peran aktifnya di Indonesia karena hanya sebatas perkumpulan mahasiswa yang belajar di Belanda. Perkumpulan ini bergerak setelah para mahasiswa Perkumpulan Indonesia kembali ke Indonesia. Mereka menyadari bahwa ada tujuan bersama dan mengurangi perpecahan karena perbedaan suku bangsa, agama, ras, dan antargolongan.
Selain ada Perhimpunan Indonesia, ada juga Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes, dan masih banyak lagi yang lainnya. Bagi mereka perlu adanya dukungan untuk bisa bersatu agar bisa mencapai cita-cita kemerdekaan. Dari situ, muncul gagasan bahwa para pemuda harus bisa bersatu melalui suatu musyawarah besar yang selanjutnya disebut sebagai Kongres Pemuda.
Kongres pemuda I dilaksanakan pada taggal 30 April sampai tanggal 2 Mei 1926. Akan tetapi, kongres tersebut tidak menghasilkan satu konsensus bersama karena ego kedaerahan yang masih menguat. Meskipun demikian, pada akhirnya mereka menyadari bahwa ego kedaerahan tidak akan membuat mereka bersatu untuk berjuang melawan penjajahan sehingga pada tanggal 27- 28 Oktober 1928 menggelar Kongres Pemuda II. Pada Kongres Pemuda II, para pemuda menghasilkan suatu kesepakatan besar dengan suatu ikrar sakral yang bernama Sumpah Pemuda. Dimana ikrar sakral ini menjadi tonggak bersejarah bagi bangsa Indonesia dan merupakan cikal bakal konsepsi kebangsaan yang digagas oleh pemuda itu sendiri. Mengapa? Para pemuda dengan kesadaran kolektif merasa pentik untuk menyatakan bahwa perlu adanya pengakuan terhadap tanah air yang satu, bangsa yang satu, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
Bukan hanya sampai di situ, peristiwa Rengasdengklok adalah puncak dari seluruh perjuangan pemuda untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Peristiwa ini adalah peristiwa dimana pemuda menculik Soekarno dan Hatta dengan tujuan untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Kenapa? Seperti yang ditulis oleh Adam Malik (1970) bahwa bagi pemuda Kemerdekaan Indonesia harus dinyatakan sendiri oleh rakyat. Jangan menunggu kemerdekaan sebagai hadiah dari Jepang. Oleh karena itu, Soekarno dan Hatta harus diamankan di luar kota untuk menjaga segala kemungkinan yang akan terjadi setelah proklamasi dikumandangkan dan bebas dari intervensi Jepang.
Pekerjaan Rumah Pemuda Masa Kini
Kalau kita melihat perjuangan para pemuda sebelum kemerdekaan, ada satu visi besar yang ingin dicapai, yaitu mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Bagaimana dengan pemuda masa kini? Pemuda masa kini memiliki tugas yang sebenarnya tidak seberat perjuangan pemuda sebelum kemerdekaan. Mengapa? Karena perjuangan pemuda masa kini bukan melawan penjajah melainkan mewujudkan cita-cita kemerdekaan sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-2 yaitu Negara Indonsia yang merdeka, bersatu, adil, dan makmur.
Dalam konteks ini, dalam upaya mewujudkan cita-cita mulia tersebut, sang proklamator yang sekaligus sebagai Presiden Republik Indonesia pertama menghasilkan satu konsep besar dengan nama “Trisakti”. Pertama, Berdaulat secara politik artinya bebas dari intervensi. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan kekayaan alam dan maritim yang begitu besar. Oleh karena itu, kita harus menunjukan kepada dunia bahwa kita adalah bangsa yang bermartabat dan harus dihormati dan dihargai sebagai bangsa yang kuat. Sehingga tidak ada ketakutan dalam mengabil sikap politik di panggung regional maupun internasional. Kedua, Berdikari secara ekonomi artinya dengan kekayaan alam yang begitu besar, bangsa Indonesia bisa memenuhi kebutuhan dasar bangsa seperti sandang, pangan dan papan yang dibingkai dalam semangat gotong royong. Ketiga, Berkepribadian dalam berkebudayaan artinya bangsa Indonesia tetap meneguhkan identitas, ciri, karakter, dan jati diri bangsa tanpa mudah dipengaruhi oleh budaya luar yang menggerus identitas budaya sebagai bangsa Indonesia.
Pertanyaan reflektif untuk pemuda hari ini, apakah kita sudah berdaulat secara politik? Apakah kita sudah berdikari secara ekonomi? Dan apakah kita sudah berkepribadian dalam kebudayaan? Karena hanya dengan berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan cita-cita bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, adil dan makmur bisa terwujud.
Pemuda sebagai pilar kebangsaan
Pemuda adalah aset terbesar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Mengapa? Karena tidak bisa dipungkiri bahwa pemuda adalah generasi penerus yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan suatu bangsa. Oleh karena itu kesadaran akan pentingnya keterlibatan dan partisipasi pemuda dalam membangun bangsa ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Sejarah mencatat bahwa pemuda memiliki andil yang sangat besar dalam perjalanan bangsa Indonesia hingga hari ini.
Selain itu, ada beberapa alasan mendasar sehingga pemuda dikatakan sebagai pilar kebangsaan. Pertama, pemuda sebagai agen perubahan, karena pemuda selalu update dengan perkembangan ilmu pengetahuan (intelectual capital) yang membuat mereka selalu dituntut untuk berpikir kritis dan bisa digunakan untuk kepentingan umum. Kedua, pemuda sebagai kontrol sosial, karena begitu banyak aspek sosial yang harus dipenuhi agar tidak terjadi ketimpangan yang rentan memicu konflik. Jika kondisinya berlawanan, maka dapat dipastikan adanya konflik kecil yang bisa timbul di masyarakat. Di sinilah peran pemuda. Kontrol dari kondisi-kondisi sosial merupakan partisipasi nyata pemuda untuk bersinggungan langsung dengan masyarakat.
Oleh : Ewaldus Bole (Presidium Pengembangan Organisasi PP PMKRI)