Beranda Update Pemuda adalah Pemilik Masa Depan

Pemuda adalah Pemilik Masa Depan

0
Pemuda adalah Pemilik Masa Depan
Diskusi dan Refleksi Akhir Tahun “Nasionalisme dalam Arus Kosmopolitanisme” (Foto: Dok. Pribadi)

JAKARTA, VERBIVORA.COM- Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa
Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) menggelar Refleksi Akhir Tahun
Pemuda  pemuda dengan mengangkat tema
“Nasionalisme dalam Arus Kosmopolitanisme” bertempat di Hotel Gran
Alia Cikini. Senin, 31/12

Diskusi yang diadakan PP PMKRI tersebut
menghadirkan pemateri dari Ketua-ketua Pusat kelompok Cipayung plus seperti
Ketua Pusat PP PMKRI, Juventus Prima Yoris Kago, Ketua PP GMKI, Kornelis Jacob
Galanjinjinay, Ketua Pusat GMNI, Robaytullah Kusuma Jaya, Ketua Pusat KMHDI, I
Kadek Andre Nuaba, Ketua Pusat HIKMAHBUDHI, Ari Sutrisno  dan keynote speaker dari Deputi Pengembangan
Pemuda Kemenpora, Dr. H. M. Asrorun Ni’am Sholeh, M.A.
Juventus Prima Yoris Kago selaku
ketua PP PMKRI dalam sambutannya mengatakan, acara diskusi pemuda akhir tahun
ini diselenggarakan dengan tujuan merefleksikan kembali gerak perjuangan pemuda
khususnya kelompok Cipayung plus sebagai mitra kritis pemerintah selama satu tahun,
serta merumuskan gagasan baru dalam menyambut tahun baru dengan energi baru.
“Terima kasih bagi semua yang
hadir pada momentum diskusi dan refleksi akhir tahun pemuda ini. Saya meyakini kita
yang hadir pada kesempatan ini adalah kita yag sadar akan masa depan bangsa,
karena kitalah pemilik masa depan itu sendiri,” ungkap Juventus.
Nasionalisme dan Peran Pemuda Indonesia
Deputi Pengembangan Pemuda
Kemenpora, Asrorun Ni’am Sholeh mengucapkan terima kasih kepada PMKRI serta
elemen organisasi kepemudaan lainnya yang telah mengambil langkah konkrit dalam
melakukan proses kaderisasi dan bersama Kemenpora sebagai mitra pembangungan
dan pengembangan pemuda demi meningkatkan kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
Dia menambahkan bahwa, refleksi
akhir tahun ini adalah momentum tepat bagi para pemuda Indonesia untuk melihat
kembali di mana persoalan-persoalan bangsa yang belum terselesaikan dan bagaimana
pemuda menghadapi revolusi industri 4.0.
Nasionalisme Indonesia,
tambahnya, adalah representasi dari budaya dan keadaban bangsa yang
sesungguhnya, sebagaimana yang telah digerakan oleh para pendiri bangsa dengan
akar nasionalisme yang kuat dan berpijak pada kolektifitas keberagaman yang
merupakan nilai luhur bangsa.
“Organisasi pemuda menjadi
candra dimuka maka partisipasi kaum pemuda Indonesia dalam mengisi ruang-ruang
publik harus sedini mungkin dipersiapkan dengan matang agar bangsa memiliki
modal yang cakap terlebih para pemuda untuk membangun Indonesia ke depan,” tegasnya.
Selain itu ia mengajak organisasi
kepemudaan untuk tidak melupakan identitas bangsa serta harus merefleksikan
kembali arah gerak setiap organisasi dimana eksistensinya mengalami suatu
degradasi.
“Pemuda sekarang harus
merefleksikan setiap arah gerak dan bagaiamana kesiapan menghadapi revolusi
industri 4.0, organisasi kepemudaan harus siapkan kader-kadernya untuk mengisi
ruang-ruang publik,” ujarnya.
Nasionalisme dalam Arus Kosmopolitanisme
Ketua PP KMHDI, I Kadek Andre
Nuaba dalam materi diskusinya mengatakan, nasionalisme kaum muda harus
direfleksikan kembali dimana nasionalisme tidak hanya ada di kota, namun
nasionalisme ada dan bertumbuh di setiap daerah di Indonesia.
“Nasionalisme kaum muda
harus berpijak pada akar budaya bangsa dan adat istiadat. Selain itu kaum muda
harus mampu terjun kembali ke daerahnya dengan membawa gagasan baru yang dapat
membangun daerah tersebut,” katanya
Selain itu, ketua PP GMKI, Kornelis
Jacob Galanjinjinay dalam materinya menjelaskan, sebagai seorang pemuda
Indonesia dalam era milenial ini harus dapat membawa peradaban baru bagi
indonesia yang lebih baik. Hal itu dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan
wujud kecintaan terhadap Indonesia
Fenomena saat ini, lanjut Kornelis,
terdapat adanya ancaman disintegrasi bangsa seperti radikalisme dan fundamentalisme.
Sebagai pemuda yang berjalan dalam arus kekinian yakni berada pada pusaran era
digital, Kornelis mengajak kepada seluruh pemuda untuk tetap berpegang teguh
pada nilai-nilai kebangsaan dan harus mampu memperkuat persatuan dan kesatuan di
tahun-tahun yang akan datang.
“mempertahankan Nasionalisme di
era globalisasi yang serba instant tidaklah muda. Kita tidak boleh terjebak dalam
arus individualisme yang dapat membuat pemuda menjadi eksklusif,” tegas Kornelis.
Di lain hal, Ketua PP GMNI, Robaytullah
Kusuma Jaya berpendapat bahwa kosmopolitanisme tidak selalu mengarah pada sebuah
ancaman karena kosmopolitanisme memungkinkan setiap negara-negara saling
terbuka dan saling belajar bagaimana suatu bangsa membangun peradabannya
sendiri.
Nasionalisme di Indonesia, tambah
Robaytullah memiliki akar yang kuat dan sejarah membuktikan itu bahwa nasionalisme
yang bertumbuh dan berkembang dalam roh bangsa berdasarkan kesadaran dan
kolektifitas sesama warga bangsa Indonesia.
Senada dengan Robaytullah, ketua
PP HIKMAHBUDHI, Ari Sutrisno menambahkan bahwa tantangan terbesar adalah arus
globalisasi dan teknologi, Ari berharap agar pemuda harus kompetitif dalam
setiap bidang. Salah satunya adalah momentum Pemilu 2019.
“Menuju momentum Pemilu, pemuda
harus memiliki andil dalam mensukseskan dan mengawal proses Pemilu 2019 dengan
bertumpu pada kepentingan umum dan bukan kepentingan golongan tertentu,” tandasnya.
Selain itu, Ketua Pusat PP PMKRI,
Juventus Prima Yoris Kago dalam materinya mengatakan bahwa nasionalisme ada
karena kita bersatu dalam melawan keterjajahan, penindasan, dan ancaman yang
memecah belah persatuan bangsa.
Juventus melihat kosmopolitanisme
sebagai ancaman terberat bagi bangsa Indonesia. Ancaman yang sedang dihadapi
saat ini adalah dengan perkembangan arus globalisasi dan teknologi yang serba
cepat dapat mengubah tingkah laku kita serta dapat mengikis jiwa nasionalisme,
selain fenomena arus globalisasi dan teknologi tersebut dapat melunturkan akar
identitas dan budaya bangsa.
“menghadapi fenomena tersebut, pemuda
sebagai pemilik masa depan bangsa harus dapat memperkuat nilai-nilai kebangsaan
serta mempersiapkan diri sedini mungkin untuk dapat bersaing dalam pusaran arus
globalisasi dan teknologi,” tutupnya.