Pemimpin yang Ideal di Tengah Ketimpangan Pembangunan dan Korupsi

Jakarta, Verbivora.com – Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, memiliki ragam suku, agama dan bahasa serta mempunya wilayah yang luas dan penduduk yang padat. 

Bangsa ini juga mempunyai topografi wilayah yang berbeda-beda dan mempunyai ragam adat, istiadat di masing-masing daerah, semua itu merupakan sebuah kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. 

Problem yang kita alami saat ini adalah ketimpangan pembangunan dan maraknya korupsi pada tubuh bangsa. Akarnya adalah ketidakpahamanan pembangunan yang adil dan keserakahan diri ingin kaya dengan cara yang tidak halal. 

Benny H. Hoed mengatakan, pembangunan dapat diartikan sebagai upaya sistematis yang dilaksanakan untuk melepaskan diri dari ketertinggalan dan upaya untuk meningkatkan serta memperbaiki kesejahteraan masyarakat. 

Kemudian menurut Dissaynake, pembangunan sebagai sebuah proses menuju perubahan sosial yang mengarah kepada kualitas hidup yang lebih baik dari seluruh atau mayoritas masyarakat tanpa merusak lingkungan atau budaya bahkan kultur lingkungan mereka dan berusaha melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam usaha ini, serta membuat mereka menjadi penentu untuk tujuan mereka sendiri.

Dari pendapat yang disampaikan oleh Benny H. Hoed di atas, bahwa benar hakekat pembangunan itu sediri untuk melepaskan diri dari ketertinggalan yang kita alami untuk mencapai pada memperbaiki kesejahteraan masyarakat, dari apa yang disampaikan ini tentu pembangunan berorentasi pada perubahan masyarakat. 

Kita juga melihat hal yang dikatakan oleh Dissynake yang mengatakan pembangunan sebagai sebuah proses menuju perubahan sosial yang mengarah ke kualitas hidup yang lebih baik dari seluruh atau mayoritas masyarakat tanpa merusak lingkungan maupun budaya serta kultur lingkungan mereka bahkan berusaha melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam usaha ini, serta membuat mereka menjadi penentu untuk tujuan pribadi.

Hal ini yang saya katakana sebelumnya, pembangunan itu mesti beroretasi pada keinginan masyarakat itu sendiri dan memperhatikan konteks lokal atau adat istiadat pada masyarakat dan tidak merusaki lingkungan. 

Dalam konteks Indonesia, beberapa pembangunan belum memperhatikan aspek lingkungan dan keadaan lokal atau budaya dan adat, istiadat setempat. Oleh karena pembangunan tidak berorentasi pada keinginan rakyat akan tetapi keinginan pemimpin itu sendiri. Semestinya pembangunan harus selaras sengan pandangan Dissynake.  

Korupsi yang juga marak pada tubuh bangsa ini, terlihat jelas sesuai pendapat Robert Klitgaard tentang korupsi, suatu tingka laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi jabatan dalam negara, untuk memperoleh keuntungan status atau uang yang menyangkut diri pribadi atau perorangan, keluarga dekat, kelompok bahkan dengan melanggar aturan pelaksanaan yang menyangkut tingkalaku pribadi. 

Dari pendapat Robert Klitgaard tentang pengertian korupsi, semestinya dapat dipahami oleh pemimpin Indonesia, sehingga ia bisa tau dan bisa memutus rantai korupsi dari tubuh bangsa ini dengan menegakkan hukum sebagai panglima tertinggi tanpa pandang bulu.

Dari dua masalah di atas, agar teratasi dengan baik, tentu kepemimpinan yang ideal adalah pemimpin yang mampuh menuntaskan masalah korupsi tanpa pandang bulu dan menegakkan hukum sebenar-benarnya sebagai panglima dalam mengadili serta pemimpin yang membuat terobosan maupun pemerataan pembangunan yang tetap memperhatikan karakteristik lokal, menghargai adat-istiadat masyarakat, itulah pemimpin ideal dalam konteks kebangsaan menurut penulis. 

Kunci pemimpin ideal adalah totalitas dirinya untuk mengabdi bagi masyarakat dan menegakan hukum tanpa pandang bulu. *(AR)

Lembaga Politik dan Demokrasi PP PMKRI Periode 2020-2022: Januarius Tibo.


Exit mobile version