Jakarta, Verbivora.com – Di tengah marak perbicangan tentang impor beras dan ketahanan pangan nasional, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Rumah Tani Indonesia (RTI) mengembangkan penganekaragaman pangan non beras dengan merek dagang Ubi Jalar Top Organik, wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Dalam aksi tersebut, DPP RTI bekerja sama degan salah satu kelompok petani ubi jalar dari Cianjur, Jawa Barat, dengan cara menyalurkan melalui jejaring keanggotaan RTI, maupun organisasi rekanan, seperti Serikat Rakyat Indonesia (SERINDO), maupun Credit Union Rumah Rakyat Indonesia serta secara profesional melalui jejaring perkawanan antara anggota.
Dalam keterangan Ketua Umum RTI Kikin Tarigan kepada Verbivora.com, Jumat (19/3/2021), ia menegaskan, tindakan nyata ini bukan sekedar jargon penganekaragaman maupun ketahanan pangan, namun upaya keterlibatan nyata dalam memberi pembelajaran untuk membiasakan diri mengkonsumsi makanan non beras.
“Selain mempunyai kandungan kalori yang rendah, 76 kalori per 100 gram, bahan pangan ubi organik hasil budidaya petani di Cianjur ini tentunya menggunakan teknologi budidaya yang ramah terhadap lingkungan yakni tidak menggunakan pupuk buatan dan tidak menggunakan pestisida,” jelas Kikin.
Merek dagang ubi jalar Top Organik yang diproduksi CV. Sama Sama Maju Bersama sendiri sudah memiliki sertifikat organik dari Indonesian Organic Farming Inspection and Certification (INOFICE).
“Secara berkala, kami menjamin budi daya ubi jalar tersebut sesuai dengan ketentuan setifikasi,” terang Kikin.
Sementara itu, Manajemen Pelaksana RTI Besli Pangaribuan, menambahkan pentingnya usaha penjualan ubi jalar organik dari rumah ke rumah, sebagai upaya menambah income rumah tangga, sekaligus penganekaraman pangan agar tidak sepenuhnya bergantung pada beras.
“Apalagi jika beras terpaksa diimpor, maka ini sangat menciderai penghargaan kita pada petani Indonesia,” ungkap Basli.
Selain memasarkan ubi mentah, dalam perencanaan bersama beberapa pihak, sedang dikerjakan bentuk lain berupa freze stick ubj jalan, olahan dalam bentuk keripik maupun panganan lain seperti burger ubi.
“Bersama berbagai pihak kita mencoba terus berinovasi, sehingga setidaknya tiap hari, berbagai sajian ubi terhidang di dalam setiap keluarga,” pungkasnya. *(AR)
Ketua Umum DPP Rumah Tani Indonesia, Kikin Tarigan, saat memantau proses budi daya ubi jalar organik. |