Jakarta, Verbivora.com– Paus Fransiskus pada Minggu (7/2/2021) turut angkat bicara soal kudeta Myanmar, dan memanjatkan doa. Ia menyerukan solidaritas antarsesama rakyat Myanmar, serta mendesak militer hidup berdampingan secara demokratis.
Kudeta militer Myanmar akhir pekan ini berdampak pada demo besar-besaran di sejumlah kota. Paus kemudian angkat bicara saat puluhan ribu pedemo menyerbu Yangon, dalam unjuk rasa terbesar di Myanmar sejak 2007. “Saya berdoa agar mereka yang berkuasa di negara itu akan bekerja… menuju kebaikan bersama,” dikutip dari AFP.
Pemimpin Gereja Katolik berusia 84 tahun itu memanjatkan doa dari balkon yang menghadap Lapangan Santi Petrus, setelah membacakan doa Angelus. Paus yang mengunjungi Myanmar pada 2017, menyuarakan keadilan sosial, stabilitas nasional, dan koeksistensi demokrasi yang harmonis.
Puluhan ribu warga Myanmar turun ke jalan pada hari kedua demonstrasi, Minggu (7/2/2021). Aksi unjuk rasa ini terjadi di Yangon kota terbesar Myanmar, dan daerah-daerah lain di seluruh negeri untuk menentang kudeta militer serta penahanan Aung San Suu Kyi.
Demonstrasi tetap berjalan meski internet mati dan saluran telepon sangat terbatas. Reuters mewartakan, ini adalah demo terbesar di Myanmar sejak Revolusi Saffron yang dipimpin biksu Buddha tahun 2007.
Massa di Yangon ibu kota perekonomian Myanmar, membawa balon merah sesuai warna partai National League for Democracy (NLD)-nya Suu Kyi.
Mereka berteriak, “Kami tidak mau kediktatoran militer! Kami ingin demokrasi!”
Sebelumnya pada Sabtu (6/2/2021) puluhan ribu orang terjun ke jalan-jalan dalam demo besar pertama sejak kudeta Myanmar.*(JM)
Sumber: Kompas.com