Presiden Xi Jinping. Sumber: investasisaham.com |
Seperti yang dilansir Kompas.com, Sabtu (29/10/2016), sebuah komunike panjang yang diterbitkan menyusul pertemuan partai di Beijing menyerukan semua anggota untuk bersatu dan mendukung kepemimpinan partai di bawah kamerad Xi Jinping sebagai intinya.
Namun, komunike ini juga menekankan pentingnya kepemimpinan kolektif, dan bahwa sistem harus selalu dipatuhi dan tidak boleh dilanggar oleh organisasi atau siapa saja dalam kondisi atau alasan apapun.
Meskipun sifatnya simbolis, pengangkatan Xi sebagai inti partai mencerminkan penegasan dirinya sebagai pemimpin paling berkuasa di China dalam beberapa dekade.
Sejak diangkat sebagai pemimpin partai pada 2012, Xi secara agresif berusaha memusatkan kendali politik dan mengkonsolidasikan kekuasaan.
Ia membungkam aktivis dan menghukum lebih dari satu juta anggota partai atas tuduhan korupsi, menurut media pemerintah. Analis menyebut bahwa Xi kemungkinan akan memperpanjang masa jabatannya sebagai pemimpin China setelah masa jabatan 10 tahunnya.
Xi menjabat sebagai Presiden Republik Rakyat Tiongkok Petahana pada 2013 lalu. Ia juga pernah menyandang jabatan sebagai sekretaris jendral Partai Komunis Tiongkok semenjak 2012.
Ia juga pernah menjabat sebagai sekretaris pertama secretariat sentral Partai Komunis Tiongkok semenjak 2007 hingga 2012. Pada tahun 2008, Xi menduduki jabatan sebagai wakil presiden Republik Rakyat Tiongkok.
Media Hongkong pernah berkomentar, setelah Xi Jinping berkuasa, besarnya upaya reformasi telah membuat semua pihak merasakannya, dengan keperibadian Xi Jinping dan situasi Partai Komunis Tiongkok saat ini, ada kemungkinan Xi Jinping akan membuat perubahan besar.
Sementara itu, dunia luar memperhatikan tidak peduli apa jenis sinyal reformasi yang dilepaskan Xi Jinping, agar benar-benar bisa mencapai mimpi Tiongkok, yang paling penting adalah untuk memimpin bangsa Tiongkok mengakhiri otokrasi.
Epoch Times juga pernah menulis, bila dilihat dari jumlah ledakan orang-orang Tiongkok yang mundur dari partai Komunis, sejarah telah memberikan kesempatan besar bagi Xi Jinping untuk mengakhiri otokrasi Komunis.* (Andy Tandang)