Mengenang Bung Kanis Penerima Bintang Jasa Thomas Aquinas PMKRI

VERBIVOVRA.COM– Pada suatu kesempatan saya bersama beberapa anggota PMKRI Cabang Kupang berkunjung ke rumah Senior Yohanes Usfinit yang bertempat di tengah Kota Betun, Kabupaten Malaka saat ini,  Kk Ais, begitu sapaan akrab kami adalah salah satu dari kader Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kupang yang saat itu sering mendampingi Bung Kanis dalam kampanye PDI jelang Pemilu. mungkin karena keseringan mendampingi Bung Kanis inilah yang membuatnya menolak tawaran menjadi PNS ketika itu karena syaratnya harus masuk GOlKAR (jadi anggota Golkar Era Orde Baru). Sambil bergurau kk Anis bercerita pada kami, “Ade kalo seandainya waktu itu saya terima jadi PNS mungkin saya yang penjabat Bupati Malaka pertama sekarang,”

Setelah itu sambil mempersilahkan kami menikmati kopi panas di meja, Kk Anis melanjutkan ceritanya tentang Bung Kanis, katanya Suatu ketika dalam orasinya saat kampanye PDI, Bung Kanis dikelilingi Tentara dan Polisi bersenjata lengkap sehingga masa kampanye kelihatan gugup, wajar karena saat itu Orde Baru dibawah rezim diktator Soeharto sedang jayanya dengan PDI sebagai partai oposisi, dan Bung Kanis adalah Satu-satunya anggota DPRD NTT dari Partai PDI, semua tindakan represi sudah sering dialami bahkan hingga memboikot kampanye PDI lewat larangan dari aparat pemerintah bagi warga untuk tidak ikut dalam kampanye, itu sudah hal biasa namun karena karismanya, Kata kk Anis ketika bung kanis berorasi rakyat selalu datang untuk mendengar.

Melihat situasi dikelilingi aparat bersenjata, Bung Kanis dengan lantang dalam orasinya berkata “kalian tidak perlu takut dengan Tentara dan Polisi ini karena Tentara-Tentara ini adalah Tentara Ta’i dan Polisi-Polisi ini adalah Polisi Ta’i,” mendengar ini Tentara dan Polisi di sekitar area kampanye langsung angkat senjata dan hendak maju untuk membubarkan masa, mungkin juga hendak ingin menangkap Bung Kanis. 

Terus kk? Tanya salah satu anggota PMKRI Cabang Kupang kepada Kk Anis, Kk Anis Kemudian menjawab katanya Bung Kanis dengan tenang melanjutkan Orasinya sambil bertanya kepada masa kampanye yang ada di sekitarnya, “Kalian tau Tentara Ta’i dan Polisi Ta’i itu apa??” Semua yang hadir disitu bingung lalu sambil membetulkan Mic yang digenggamnya Bung Kanis berkata dengan nada sedikit lebih keras “Tentara Ta’i itu adalah Tentara Tanah Air Indonesia, Polisi Ta’i itu adalah Polisi tanah air Indonesia,” 

Mendengar itu katanya Tentara dan Polisi yang tadinya siaga untuk membubarkan kampanye seketika menurunkan senjata perlahan dan kembali ke posisi semula diiringi tawa kecil masa kampanye yang bercampuran antara tertawa dan tegang karena dikepung aparat.

Begitulah saya mengenal Bung Kanis dari sepenggal cerita tentang almarhum Bung Kanis yang lahir pada 17 september 1930 tepat hari ini 91 tahun yang lalu di Cereng, Manggarai Barat, Flores, NTT. Saat aktif dalam kiprahnya mewarnai potret dinamika politik di NTT termasuk mendirikan PMKRI Cabang Kupang dan beberapa organisasi lokal di kota Kupang, ceritanya menjadi sebuah cerita inspiratif bagi banyak kalangan muda karena dalam membina proses kaderisasi pemuda ini Bung Kanis mendedikasikan secara total seluruh pikiran, tenaga, bahkah materi untuk membina generasi muda. Hal ini membuat Bung Kanis di mata keluarganya dipuja sekaligus dibenci karena sebagian besar perhatiannya dicurahkan untuk mengurus orang lain dibanding keluarga.

Perhatian total kepada PMKRI dan kaderisasi kaum muda saat itu membuat Bung Kanis hingga akhir hayatnya tetap hidup membujang, bahkan tidak memiliki satu pun kekayaan duniawi, termasuk rumah pribadi. Rumah-rumah yang ditempati semasa hidupnya, umumnya dikontrak. Seluruh pendapatan yang diperoleh dihabiskan untuk pembinaan generasi muda, serta membantu mahasiswa yang kekurangan biaya kuliah dan biaya hidup.

Dicatat dalam buku “Jangan Takut Berpolitik” yang ditulis Wartawan Senior Kompas sekaligus alumni PMKRI Cabang Kupang, Jannes Eudes Wawa, bahwa totalitas pengabdian Bung Kanis dalam kaderisasi itu membuat PMKRI tidak menutup mata. Melalui sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) PMKRI di Surabaya tahun 1988 setahun setelah wafatnya, Bung Kanis diangkat menjadi Anggota Kehormatan PMKRI dan dianugerahi Bintang Jasa Thomas Aquinas dari PMKRI. 

Sebelum wafat Bung Kanis sempat menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi NTT selama 1982 sampai 1987 dan mendapat kepercayaan dari partai untuk menjalankan tugas baru sebagai anggota DPR RI Periode 1987-1992, namun keberangkatannya ke Jakarta saat itu seolah menjemput ajalnya sehingga baru tiba tiga bulan di Jakarta Bung Kanis tiba-tiba menderita sakit dan menghembuskan nafas terakhir pada 4 November 1987.

Oleh : John Alfred Mesach

(Pengurus Pusat PMKRI Periode 2020/2022)

RELATED ARTICLES

Most Popular