Komunitas Burung Merak Adakan acara Rindu Rendra Rakyat Belum Merdeka

JAKARTA, verbivora.com-  Komunitas Burung Merak
Rendra menggelar acara Rindu Rendra yang bertajuk Rakyat Belum Merdeka. Jumat,
18 Agustus 2018.

Rendra
meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun. Meninggalnya
diperangati dengan acara ‘Rindu Rendra, Rakyat Belum Merdeka’. Sebuah acara
yang diselenggarakan Komunitas Burung Merak Rendra dengan menggelar serangkaian
acara dari mulai diskusi, pameran poster Rendra hingga pembacaan puisi.

Acara dimulai  dengan diskusi dengan
pemateri oleh RIsal Ramli tersebut untuk mengenang intelektualitas Rendra dalam
dunia kesuasasteraan, kebudayaan dan pemikiran kritis Rendra terhadap setiap
ketidakadilan yang dinilainya tidak sejalan cita-cita kemerdekaan Indonesia. 

Acara Rindu Rendra juga dimotori langsung oleh Rachel
Saraswati dan Clara Shinta.  Kedua anak
Rendra tersebut tak hanya hadir semata, tapi berbagi tugas. Rachel Saraswati
sebagai pembawa acara, sedangkan Clara Shinta memberi sambutan mewakili
keluarga Rendra.

“Waktu memang
amat cepat berlalu, menyentuh segala hal dan membuat mereka tidak kekal,” kata
Clara Shinta mengawali sambutannya dalam acara pentas puisi ‘Rindu Rendra,
Rakyat Belum Merdeka’, di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM),
Jakarta Pusat,

Menurut Clara, tidak sedikit
karya sastra dan seni pertunjukkan yang WS Rendra hasilkan, begitu juga
sumbangan gagasan dan pemikiran, keberpihakan dan pembelaan kepada masyarakat
yang mengalami ketidakadilan sosial.

“Secara keseluruhan memberikan sumbangan
besar terhadap perkembangan dan peningkatan kualitas kesenian dan kehidupan
demokrasi di negeri ini yang masih kontekstual dengan zaman sekarang,” tutrnya.

Selendang Sulaiman dalam sambutannya mengungkapkan, momentum kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia ke-73 yeng bertepatan dengan umur kematian Rendra
adalah momentum yang tepat bagi Komunitas Burung Merak untuk menghidupkan
kembali perjuangan Rendra  terhadap
cita-cita kemerdekaan Indonesia yang dituangkannya dalam setiap karya sastra Rendra.

“Negara memang telah
merdeka, tetapi rakyat Indonesia belum merdeka. Rakyat Indonesia hidup dengan status tanpa hak hukum. Rakyat Indonesia masih jauh dari sejahtera dan berdaya. Rakyat tidak memiliki kekuatan ekonomi, tidak pula menjadi
aktor proses industrialisasi,” ujarnya.

Menurut Sulaiman, kesemua
kenyataan tersebut harus terus diperjuangkan sampai rakyat benar-benar menjadi
warga negara, pribumi yang lahir, tumbuh dan besar di Indonesia secara
seutuhnya.

“Ketajaman panca indera dan
pemahaman komprehensif Rendra terhadap beragam
persoalan bangsa dan negara membuat gagasan dan pemikiran brilliannya relevan
dijadikan pemantik semangat memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia sehingga
bisa berdaulat bersama,” katanya, Jumat malam (17/8/2018).
Adapun narasumber diskusi yang
hadir adalah Rizal Ramli, Moderator Binhad Nurrohmat, Monolog diperankan oleh Adi Kurdi dan Clara Sinta,
musikalisasi puisi Deavies Sanggar Matahari, Jodhi Yudono dan sederet nama
pembaca puisi seperti Taufiq Ismail, Linda Djalil, Jajang C. Noer, Jose Rizal
Manua, Edy A. Efendi, Sudibyanto, Selendang Sulaiman, Slamet Widodo dan Bambang
Oeban
Exit mobile version