Juru Bicara Tim Pemenangan Pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, Ansy Lema – Foto: Andy Tandang |
“Kampanye adalah proses diskursus yang mengutamakan perdebatan programatik, kontes ide, festival gagasan, adu cerdas membangun Jakarta, bukan adu buas-beringas dengan mengeksploitasi sentimen SARA,” ujar Ansy, melalui keterangan tertulis, Kamis (10/11/2016).
Menurut Ansy, dalam kontestasi pilkada yang bermartabat, semestinya setiap pasangan calon tidak perlu menyoroti kekurangan rival, tetapi menampilkan kelebihan dan prestasi masing-masing pasangan. Hal ini menurut Ansy, selain memberikan informasi ke publik tetapi juga merupakan wujud kemajuan demokrasi di Indonesia.
“Mestinya bukan fokus mengumbar minus rival, melainkan menjelaskan prestasi dan rekam jejak calon untuk memberi tahu publik tentang prestasi-prestasi yang pernah dicapai dan diraih kandidat,” ungkapnya.
Ansy mengibaratkan kampanye pilkada seperti iklan produk. Suatu produk akan laku di pasaran karena menonjolkan kelebihan produk tersebut, bukan karena menyerang kelemahan produk lain. Ia pun menegaskan, program kerja yang dirumuskan secara cerdas tidak menjamin kesesuaian dalam implementasinya.
“Kelemahan produk lain hanya perlu diketahui agar lebih kreatif-inovatif menciptakan produk baru dengan keunggulan kompetitif. Semua pihak bisa merumuskan program kerja secara brilian, tetapi belum tentu bisa menjalankannya dengan baik. Merumuskan program satu hal, menjalankannya hal lain,” ujar Ansy.* (AT)