Jokowi dan PM Malaysia Sepakat Tolak Diskriminasi Sawit Eropa

Jakarta, Verbivora.com – Kunjungan Perdana Menteri (PM) Malaysia ke Indonesia hari ini, Jumat (5/2/2021), disambut hangat Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara.

Salah satu agenda penting yang menjadi kesepakatan kedua negara adalah mengenai diskriminasi produk sawit Eropa. 

Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat untuk menentang keras diskriminasi terhadap produk sawit melalui aturan Renewable Energy Directive (RED) II yang dikeluarkan Uni Eropa (UE).

Saat memberikan joint statement bersama, Presiden Jokowi dan PM Malaysia Tan Sri Muhyiddin Yassin,  tegas mengatakan akan terus berjuang melawan diskriminasi sawit.

“Indonesia akan terus berjuang untuk melawan diskriminasi terhadap sawit dan perjuangan tersebut akan lebih optimal jika dilakukan bersama, Indonesia mengharapkan komitmen yang sama dengan Malaysia mengenai isu sawit ini” kata Jokowi, dilansir dari CNBCindonesia, Jumat (5/2/2021).

Sementara Muhyiddin menyebut, kampanye penolakan produk sawit dianggap tidak berdasar dan tidak menggambarkan keberlangsungan industri sawit dunia serta bertetangan dengan komitmen UE terhadap Organisasi Perdagangan Internasional (WTO).

“Justru itu, saya telah memaklumkan kepada Bapak Presiden bahwa Malaysia juga telah memfailkan tindakan undang-undang ke atas UE pada 15 Januari 2021 di WTO, sama seperti yang telah dilakukan oleh Indonesia pada Desember 2019 yang lalu,” jelasnya dalam bahasa Melayu.

Muhyiddin mengatakan, Malaysia akan terus bekerjasama dengan Indonesia dalam isu diskriminasi minyak sawit terutama mendorong kesepakatan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC).

“Ini memastikan kita dapat melindungi industri sawit, terutamanya untuk menyelamatkan berjuta-juta pekebun-pekebun kecil yang bergantung hidup sepenuhnya kepada industri sawit di Malaysia dan Indonesia,” lanjutnya.

Sebelumnya UE melancarkan serangan terhadap sawit dengan regulasi Renewable Energy Directive II (RED II) beserta aturan teknis-nya (delegated act). Tanaman pangan yang dianggap berisiko tinggi pada lingkungan akan dibatasi penggunaannya dan dihapuskan secara bertahap dari pasar bahan bakar nabati kawasan tersebut, termasuk sawit.

Baru-baru ini tudingan miring ke komoditas ini juga disampaikan media AS. Ini terkait pelanggaran ketenagakerjaan di perkebunan termasuk kekerasan dan pemerkosaan, yang berujung pada pemboikotan sejumlah perusahaan di Malaysia. *(JM)

Exit mobile version