Ini Kata Presidium Germas PP PMKRI Soal Hari Pahlawan

SOAL HARI PAHLAWAN. verbivora.com – “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya. Jangan sekali-kali melupakan sejarah (JASMERAH),”. Demikian ungkapan Bung Karno yang kerap ditulis dan diucapkan kembali setiap bangsa ini merayakan hari pahlawan yang jatuh pada 10 November. Namun, apakah slogan ini hanya bergema di saat seremoni peringatan hari pahlawan semata?
Ini Kata Presidium Germas PP PMKRI Soal Hari Pahlawan
Presidium Gerakan Kemasyarakatan (Germas) Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI), Elmo Lodofikus Roe – Foto: Elmo

Presidium Gerakan Kemasyarakatan (Germas) Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI), Elmo Lodofikus Roe kepada verbivora.com di Jakarta, Jumat, (10/11/2016) mengungkapkan, masyarakat Indonesia saat ini khususnya kaum muda, lebih cendrung pada budaya euphoria dan seremonial belaka dalam memperingati setiap hari bersejarah bangsa.

Menurut Elmo, mengisahkan dan menuturkan kembali dengan pujian perjuangan pahlawan dari masa lalu bukanlah kesalahan, tetapi jika tidak disikapi dengan kesadaran berpikir dan bertindak dengan menjadi pahlawan-pahlawan baru di masa kini, semua pujian itu hanyalah bentuk glorifikasi tanpa jejak dan makna.

Ia pun mengangkat kisah perlawanan para pemberani seperti I.J Kasimo, B.M Diah, Syahrudin, Pang Suma, Cut Nyak Meutia, Tan Malaka, S.K. Trimurti, Achmad Soebardjo, Frans Mendur, Tadashi Maeda, Wikana dan nama-nama familiar seperti Kapiten Patimura, Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, R.A. Kartini, yang datang dari latar belakang suku, ras, dan agama berbeda.

Elmo menyayangkan situasi bangsa hari ini justru tengah terpecah belah karena kelompok dengan identitas masing-masing – suku, agama, ras dan golongan (SARA) – sibuk mengklaim sebagai pihak yang paling layak mendapat hak-hak istimewa sebagai warga negara. Entah itu dalam persoalan kontestasi politik pilkada maupun kasus-kasus lainnya.

Elmo menekankan kemampuan para pahlawan dari masa lalu yang mampu mendefinisikan musuh bersama, musuh yang telah merampok, mencuri kekayaan alam, dan menindas kaum pribumi. Saat ini baginya, kaum muda justru sibuk berkelahi memperebutkan kuasa dan posisi sementara kekayaan alam dan manusia terus dijarah.

“Kaum muda lupa bahwa tuntutan hari ini adalah tidak sekedar menyebut nama atau memuja-muji para pahlawan dari masa lalu, tetapi bagaimana Menjadi Pahlawan Baru yang mempertahankan dan mengisi kemerdekaan,” katanya.

Ihwal musuh bersama yang harus dilawan, Elmo menerangkan bahwa kepengurusan PP PMKRI saat ini mengusung dua isu utama, yakni Fundamentalisme dan Ekologi. Fundamentalisme yang dimaksud adalah fundamentalisme pasar (pasar bebas) dan fundamentalisme agama.

Sementara Ekologi adalah isu perjuangan yang diusung menindaklanjuti Ensiklik Laudato Si dari Paus Fransiskus tentang penyelamatan lingkungan hidup dari bahaya kapitalisme. Elmo berharap dengan semangat persatuan tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan, kaum muda bersama rakyat dapat kembali merebut kedaulatan dan menjadi tuan di atas tanah dan air sendiri.* (Elmo/AT)

Exit mobile version