Toraja, Verbivora.com – Ikatan Pemuda Simbuang Mappak (IPSIM) mempertanyakan alasan razia knalpot racing di sekolah – sekolah yang berada di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Kamis (17/02/2022).
Razia knalpot racing digelar oleh Polantas Tana Toraja di sekolah pada Rabu 16 Februari 2022, saat jam belajar-mengajar berlangsung, seperti video yang beredar di media sosial.
Dalam kejadian ini, IPSIM melihat bahwa tindakan yang di ambil pihak kepolisian itu tidak tepat, pertama, razia knalpot racing dilaksanaakan pada saat jam sekolah, dengan demikian proses belajar mengajar di sekolah terganggu.
Kedua, ini mengindikasikan bahwa sekolah tidak sanggup melakukan pembinaan kepada siswanya, sehingga membutuhkan bantuan pihak kepolisian. Disini, IPSIM mempertanyakan kemampuan sekolah dalam melakukan pembinaan terhadap siswanya.
Menurut Waldi Rianto, Ketua Bidang Hubungan Masyarakan IPSIM, “pendekatan dialogis, humanis dan edukatif jauh lebih tepat untuk dilakukan kepada anak di bawah umur, yang di anggap melakukan pelanggaran dengan melibatkan pihak orang tua siswa”.
Sementara, yang dilakukan pihak kepolisian kata Waldi, ibaratnya menghukum dan mempermalukan siswa yang bersangkutan di depan umum.
“Hal itu akan menggangu perkembangan psikologis anak tersebut. Jika memang knalpot racing itu melanggar hukum, yang harus di tertibkan pertama kali adalah mereka yang menyediakan layanan pemasangan knalpot racing,” tuturnya kepada Verbivora.com.
“Karena selama pihak-pihak tersebut tidak ditertibkan, akan selalu terbuka kemungkinan adanya sepeda motor yang menggunakan knalpot racing,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Umum IPSIM, Demianus mendesak pihak kepolisian untuk mengevaluasi tindakan yang dilakukannya, agar tetap sesuai dengan tagline Kapolri (prediktif, responsibilitas, transparasi, dan berkeadilan), bukannya menimbulkan masalah baru.
“Anak sekolah seharusnya dididik untuk mencintai kepolisian, bukan mala takut bahkan membenci,” tutupnya. *(AR)
Waldi Rianto, Ketua Bidang Hubungan Masyarakan IPSIM/ist. |