Hoaks dan Perang Terhadap Radikalisme

Foto. Dok. Pribadi

Oleh :Robertus Dagul*

Situasi
dan kondisi bangsa hari ini sedang dihadapkan pada budaya yang  sedang mengarah ke paham inskonstitusional. Media
sosial menjadi ramai membicarakan paham yang sesungguhnya tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh insan-insan pertiwi. Mengabaikan apa yang menjadi
petunjuk dan pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara.
Saling
menghujat, melecehkan pihak-pihak tertentu, kelompok yang dianggap toleran
dikritik habis-habisan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Lontaran
kalimat yang menghujat lewat media sosial merupakan contoh nyata sebuah gagasan
yang tak ada nilainya, juga sebuah analisis yang  dangkal.
Lewat
cuitan yang tidak tidak etis, orang saling mengumbar kata yang seharusnya tidak
pantas untuk diperbincangkan. Oknum-oknum tersebut di atas adalah generasi yang
meracuni bangsa ini tanpa memikirkan efek sampingnya. Isu yang dimainkan oleh
oknum yang tidak bertanggungjawab lewat media sosial, karena isu-isu tersebut dapat
mengancam dan memecah belah bangsa. Apalagi dengan akun-akun palsu yang
sebenarnya tidak sesuai  dengan aturan
yang berlaku dalam menggunakan media sosial. Menjadi keraguan publik ketika
berita atau status yang dimuat di media sosial tidak akurat dan benar adanya.
Bangsa
Indonesia yang  dikenal beragam suku, ras
dan agama serta etnik yang begitu unik di pandang adalah warisan para leluhur
yang sungguh amat mulia dan  harus
dipertahankan serta  tidak boleh dikhianati
oleh insan harapan bangsa. Dari Sabang sampai Merauke kekayaan bangsa kita yang
tidak bisa dikalahkan oleh bangsa lain dan hal ini mesti menjadi tanggungjawab
kita bersama untuk tetap kokoh dan menjadi kekuatan bangsa kita.
Nilai
-nilai luhur yang di wariskan  ‘’the
founding fahters’’ kita harus kita jaga dan kita rawat hingga tetap
bertahan  dalam spirit Bhineka Tunggal
Ika. Bangsa yang rukun, adil, makmur serta harmonis adalah bagian dari kemajemukan
yang membawa roh dan aura kesamaan sebagai makhluk yang esa. Sebagai generasi
penerus bangsa yaitu kaum muda untuk selalu 
menjadi orang terdepan dalam  
menebarkan aroma kebhinekaan kepada sesama sebagai anak bangsa di tengah
heterogenitas bangsa yang kian kompleks . 
Seperti
yang terjadi belakangan ini beredarnya isu terkait penyerangan terhadap ulama yang
ketika ditelusuri ternyata hoaks. Demikian yang disampaikam bapak presiden
republik Indonesia, Joko Widodo, dalam pertemuan dengan para ulama di Istana
kepresidenan dan Kapolri jenderal Tito Karnavian menyatakan sejumlah 45 kasus
mendapat pengaduan terkait penyerangan terhadap ulama (Kompas.com, Selasa, 6
Maret 2018).
Pelaku
dengan jumlah tujuh orang yang tergabung dalam kelompok Family MCA berhasil di
tangkap polisi dengan motif menjegal pemerintah yang sah melalui media sosial.
Merupakan suatu tindakan tidak terpuji yang dapat mencederai keutuhan bangsa
yang majemuk dan  harmonis.
Selain penyerangan
terhadap oknum-oknum tertentu, kelompok ini juga menyebarkan informasi yang
kemudian mencoba meyakinkan publik untuk mengikuti paham atau ideologi yang
mereka sebarkan. Terkesan informasi yang disebarkan adalah akurat, relevan dan
layak dikonsumsi oleh semua kalangan.
Butuh
kejelian para pengguna media sosial terhadap informasi yang terkesan abu-abu
dan tidak sesuai undang-undang yang berlaku. Berbagai paham yang mencoba
merasuki pikiran anak bangsa seperti paham yang dapat mengancam dan merusak
budaya asli bangsa Indonesia.
Sederetan
isu radikalisme yang diciptakan oleh sekelompok orang, terutama  yang berbau SARA adalah sederetan paham demi
kepentingan kelompok tertentu. Mencintai perbedaan  merupakan modal dasar yang menjadi kekuatan semakin
eratnya kehidupan sebuah bangsa yang akur, adil, makmur dan harmonis. Tidak
memperuncing kelompok tertentu yang terikat dengan warisan budaya  yang begitu kental. Kemajemukan  bangsa Indonesia  yang sudah hidup bersama puluhan tahun lamanya
merupakan bentuk kekokohan bangsa Indonesia yang dibangun atas nilai -nilai
yang sungguh amat luhur dan mulia dan menjadi patokan yang tidak mudah untuk
diganggu.
Indonesia
dengan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke dihuni dengan kekayaan budaya
yang begitu unik dalam bingkai spirit dan roh kebhinekaan. Maka media sosial
menjadi penghubung untuk memberikan edukasi dan komunikasi yang santun
serta  elegan kepada seluruh  komponen bangsa. Tentu kita sebagai anak
bangsa menyadari akan pentingnya menjaga 
kekayaan yang ada di bumi pertiwi dengan selalu menebarkan aura kebhinekaan
kepada sesama anak bangsa.
Maka
penting bagi seluruh komponen bangsa untuk selalu mengontrol setiap isu-isu
baru yang sedang berkembang di Lingkungan masyarakat, terutama isu yang di
mainkan oleh oknum tertentu yang mencoba merusak ideologi bangsa.  
Hoaks
dan perang terhadap radikalisme adalah tugas dan tanggung jawab seluruh elemen
bangsa untuk selalu membentengi diri dari pengaruh yang disebarkan oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggungjawab. Masyarakat diupayakan untuk menjadi agen kontrol
terhadap isu ataupun informasi baru yang kesahihannya masih diragukan
kebenarannya. Selalu bersikap waspada dan jeli melihat setiap informasi yang
beredar baik yang disebarkan di media sosial maupun yang terjadi di lingkungan
sosial masyarakat.
Langsung
menghubungi pihak yang berwajib apabila ada hal-hal yang mencurigakan di masyarakat.
Hoaks dan radikalisme membutuhkan upaya bersama untuk dilawan agar tidak
membudaya dalam suatu bangsa.
Ciptakan
suasana yang sejuk dalam spirit kebhinekaan serta menjadi penggiat media sosial
yang edukatif dan komunikatif.

*Penulis adalah aktivis PMKRI Cabang Kupang

Exit mobile version