HIMAPEN JABODETABEK Gelar Diskusi dan Pelantikan Pengurus Baru

HIMAPEN JABODETABEK 

JAKARTA, VERBIVORA.COM- Himpunan Mahasiswa & Pemuda
Nagekeo (HIMAPEN) JABODETABEK menyelenggarakan Diskusi Publik dan Pelantikan
Pengurus Baru HIMAPEN periode 2018 – 2019 bertempat di Aula Margasiswa PMKRI Cabang
Jakarta Selatan
  pada Sabtu, 12 Januari
2019. Adapun tema diskusi publik adalah “Quo Vadis Nagekeo?” Tema ini berangkat
dari kepedulian Mahasiswa dan Pemuda Nagekeo JABODETABEK terhadap Nagekeo.

Diskusi ini mengahadirkan dua senior
sebagai pemantik diskusi yakni Gian Tue Mali (Dosen Ilmu Politik sekaligus
Kaprodi Ilmu Politik Universitas Kristen Indonesia) dan Nus Daso (Mahasiswa
Magister Universitas Indonesia) serta dimoderatori oleh Charles Raga (Mahasiswa
Hukum Universitas Bung Karno). Acara ini dihadiri oleh 70-an mahasiswa dan
pemuda Nagekeo dan perwakilan organisasi daerah yang ada di Jakarta.
Gian Tue Mali dalam paparannya
menjelaskan pembangunan daerah harus dititikberatkan pada potensi daerah itu
sendiri yang mana Pemda harus menyediakan ruang-ruang bagi masyarakat utk
menyalurkan komoditas yang dihasilkan, seperti menyediakan pasar dan berkerja
sama dengan daerah lain. Hal lain yang harus dilakukan adalah menyediakan
kondisi-kondisi bagi masyarakat untuk tidak terjebak dalam praktek tengkulak,
atau rentenir, dengan upaya pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan
asosiasi-asosiasi petani atau pekerja di Nagekeo.
Hal berikut, pembangunan daerah harus
ada keharmonisan antara elit politik, ASN, dan masyarakat. Oleh karena itu
dalam kaitan masalah yang dihadapi di Nagekeo saat ini seperti konflik tanah,
harus diselesaikan dengan mekanisme penyertaan masyarakat dalam
penyelesaiannya, dengan itikad baik dari elite yang berorientasi pada
kesepakatan umum, serta ASN yang memaknai tugasnya sebagai pelayan publik serta
mediator antara masyarakat dan elite politik atau penguasa. Bukan sebagai alat
elite politik dan penguasa.
Quo Vadis Nagekeo tidak bisa terjawab
saat ini, karena masalah-masalah transisi akibat pemekaran daerah belum selesai
contohnya ketersediaan infrastruktur pemerintahan dan perubahan mindset
masyarakat yang harusnya menyadari bahwa pemekaran Nagekeo ini untuk upaya
pertumbuhan ekonomi baru, bukan lahan politik baru. Tugas berikutnya adalah
bagaimana memulai pembangunan itu sendiri.
Di sini peran pemuda sangat penting
sebagai pembawa ide perubahan terutama bagi yang mahasiswa, dan sebagai motor
penggerak perubahan itu sendiri. Karena kita memiliki tugas yang paling berat,
sebab kita adalah angkatan kerja produktif. Oleh karena itu yang harus
dilakukan oleh pemuda adalah mempersiapkan diri dengan mengisinya dengan
berbagai wawasan pengetahuan, serta memiliki motivasi yang berorientasi pada
prestasi dalam segala aspek. Prestasi disini adalah melakukan hal yang
baik/positif  yang jauh lebih unggul
daripada orng lain.
Selanjutnya, Nus Daso dalam
paparannya melihat satu kendala umum dalam proses pembangunan di daerah manapun
adalah minimnya investasi jangka panjang dalam bidang pembangunan yang
dikhususkan kepada kesejahteraan masyarakat. Hal dominan yang muncul adalah
mekanisme jatah-jatahan dan sistem balas dendam sehingga arah pembangunan
kesannya berjalan di tempat. Wajar saja, pengingkatan kesejahteraan masyarakat
dan pendekatan pelayanan hanyalah jargon semata.
Nus Daso melihat kemana arah nagekeo
hanya ditentukan oleh generasi muda. Fenomena digitalisasi dan revolusi
teknologi dan globalisasi di abad ke–21 ini perlu direspons generasi muda dalam
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Nagekeo. Perkembangan teknologi
informasi menyebabkan sifat interaksi manusia tidak lagi sekedar satu atau dua
arah tetapi banyak arah dan melibatkan banyak pihak.
Implikasinya adalah bagaimana
generasi muda mau melibatkan diri dalam perencanaan jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang di tengah pergerseran nilai-nilai dan tingkah laku
masyarakat. Salah satu contoh konkrit adalah aktifitas di media sosial yang
mendominasi kelompok orang muda. Salah satu contoh konkrit yang bisa dilakukan
adalah membangun desa digital untuk promosi hal-hal baik dari setiap wilayah di
Nagekeo.

Acara ini juga dihadiri oleh Bapak
Aristo Seda, SH. dan Bapak Tobbyas Ndiwa, SH. Bapak Aristo Seda mengajak semua
anggota HIMAPEN untuk membangun networking dan ketrampilan anggota. Menurut
Bapak Aristo Seda, networking dan
skill adalah hal dasar dan pokok yang wajib dimiliki semua anggota HIMAPEN. 

Aristo
Seda menceritakan pengalamannya sebagai seorang anak muda dari Kalilambo dan
berani keluar dari zona nyaman di Nagekeo untuk memulai hidup baru di Jakarta.
Bapak Aristo Seda cukup prihatin melihat banyak anak muda nagekeo hari ini yang
mengeluh atau malas ke kampus karena harus berjalan kaki ke kampus.

Lanjut, Tobbyas Ndiwa dalam
sambutannya, mengajak semua anggota HIMAPEN untuk belajar kepada semua senior
dan sesepuh yang berani berjuang dari nol. Tobbyas Ndiwa menekankan nilai
integritas dan kejujuran supaya dapat diterima di setiap pergaulan. Ia juga
mengajak anak muda Nagekeo di Jakarta untuk membangun komunikasi yang baik
tidak hanya dengan orang-orang Nagekeo saja tetapi juga dengan orang-orang dari
luar Nagekeo.
 “Kalau datang ke Jakarta dan pergaulan hanya
sebatas orang Nagekeo saja, apa bedanya kita dengan saudara-saudara kita yang
kuliah di Flores atau di luar Jakarta. Kita bisa belajar banyak hal baik dan
kembali membangun nagekeo”, tegas Tobbyas Ndiwa.

Ketua HIMAPEN, Christo Maria Pangeran
Mosa Foa (Mahasiswa Politik Universitas Bung Karno) dalam sambutannya mengajak
keterlibatan semua anggota HIMAPEN serta sesepuh dan senior yang ada di Jakarta
untuk mendukung perjalanan organisasi ini ke depan. Ada dua hal pokok yang
menjadi konsentrasi dalam masa kepengurusan ini. 

Pertama, organisasi HIMAPEN
adalah wadah untuk memperkuat tali persaudaraan sesama mahasiswa dan pemuda
Nagekeo yang ada di Jakarta. Kedua, HIMAPEN adalah wadah belajar untuk mengasah
kemampuan inteletual anggota dan menjadi garda terdepan untuk perubahan
Nagekeo. Hal ke depan yang akan sering dilakukan adalah diskusi yang melibatkan
semua anggota dan senior sesuai disiplin ilmu masing-masing.

“Hari ini adalah sejarah bagi HIMAPEN
yang sudah berani bangun dari masa kevakumannya yang cukup lama”, tandas
Pangeran Mosa Foa.

Ketua Panitia Pelantikan, Yunes Bupu
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama anggota HIMAPEN dan para
senior yang sudah bersama-sama terlibat dan mendukung kesusksesan acara ini. 

“Tanpa campur tangan kita semua acara ini tidak mungkin berjalan sebagaimana
rencana kita,” tutup Yunes.

RELATED ARTICLES

Most Popular