JAKARTA, VERBIVORA.COM– Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) menyoroti gaya premanisme Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) saat beraudiensi dengan tokoh adat di Kabupaten Sumba Timur beberapa waktu lalu.
Dalam sebuah rekaman video yang beredar luas di media sosial, VBL secara arogan mengatakan “Saya falungku kau lama-lama, monyet kau” kepada para Tokoh Adat dan warga masyarakat yang hadir menemuinya saat dialog tatap muka terkait persoalan pembebasan lahan untuk program ternak sapi.
Menanggapi hal ini, Alvin Aha, Presidium Riset dan Teknologi (Ristek) PP PMKRI menyayangkan sikap Gubernur NTT terhadap para Tokoh Adat di Sumba Timur, NTT.
“Melihat dari rekaman video yang beredar, kita semua, khususnya, masyarakat NTT dipertontonkan dengan gaya premanisme yang minim etika komunikasi publik sebagai seorang Gubernur,” tutur Alvin kepada Verbivora, selasa (30/11/2021).
Lanjut Alvin, masyarakat NTT itu sangat menjunjung tinggi nilai dan budaya, cara dan pendekatan yang humanis sangat dibutuhkan dalam berkoordinasi bersama masyarakat NTT. Sikap Gubernur VBL dalam konteks manajemen komunikasi publik lebih menunjukkan sikap arogansi dan gaya premanisme, bukan sikap sebagai seorang pemimpin yang memimpin.
Alvin menegaskan, jika Gubernur VBL punya kemampuan memimpin yang kredibel harusnya bisa memahami pola pendekatan kontekstual berbasis budaya lokal sesuia karakteristik masyarakat NTT pada umumnya. Hal ini yang sering tidak dipahami oleh VBL sebagai seorang pemimpin.
“Terbukti bahwa ini kelemahan kepemimpinan VBL bersama tim kerjanya sebagai suporting sistem. Sangat tidak etis ketika seorang pemimpin secara arogan menekan masyarakat dengan memaksakan kepentingan pihak lain yang tidak jelas tujuan pembangunannya,” tutupnya. *(JM)