Langsung ke konten utama
Generasi “Praetorian”
Foto: Orind Lado Wea |
Oleh: Orind Lado Wea*
“Sebab hidup terlalu singkat
untuk membiarkan orang lain
menentukan apa
yang membuat kita bahagia”
yang membuat kita bahagia”
Sejenak saya terhanyut dalam diam ketika
berusaha memahami kata-kata Prakasa di atas. Ini bukan soal keindahan kata yang
terpapar tetapi lebih jauh tentang kedalaman arti yang sungguh menggugah.
Kata-kata di atas serentak memantik naluri ke-muda-an saya untuk menelisik
peran pemerintah dan juga masyarakat warga dalam hubungan dengan kehidupan
bersama sebagai warga nergara.
berusaha memahami kata-kata Prakasa di atas. Ini bukan soal keindahan kata yang
terpapar tetapi lebih jauh tentang kedalaman arti yang sungguh menggugah.
Kata-kata di atas serentak memantik naluri ke-muda-an saya untuk menelisik
peran pemerintah dan juga masyarakat warga dalam hubungan dengan kehidupan
bersama sebagai warga nergara.
Marcus Mietzner, penulis buku Military Politics, Islam, and the State in
Indonesia : from Turbulent Transition to Democratic Consolidation
(Mietzner, 2009), menulis demikian, modal politik Orde Baru yang ditopang oleh
kekuatan militer dan birokrasi, menjalankan model hubungan sipil-militer. Ia
mengistilahkannya sebagai model “praetorian”. Lantas apa artinya? Praetorian
merupakan model kekuasaan dimana militer memegang kendali penuh dalam
penyelenggaraan negara.
Indonesia : from Turbulent Transition to Democratic Consolidation
(Mietzner, 2009), menulis demikian, modal politik Orde Baru yang ditopang oleh
kekuatan militer dan birokrasi, menjalankan model hubungan sipil-militer. Ia
mengistilahkannya sebagai model “praetorian”. Lantas apa artinya? Praetorian
merupakan model kekuasaan dimana militer memegang kendali penuh dalam
penyelenggaraan negara.
Hasil perkawinan politik antara militer dan
sipil melahirkan sebuah tatanan yang mapan dan anti kritik. Mapan dalam arti
represif dan otoriter dan karenanya, kestabilan semulah yang dinikmati entah
dengan atau tanpa sadar oleh masyarakat warga. Model ini bahkan menciptakan
manusia-manusia yang loyal kepada militer.
sipil melahirkan sebuah tatanan yang mapan dan anti kritik. Mapan dalam arti
represif dan otoriter dan karenanya, kestabilan semulah yang dinikmati entah
dengan atau tanpa sadar oleh masyarakat warga. Model ini bahkan menciptakan
manusia-manusia yang loyal kepada militer.
Rezim Orde Baru telah tumbang beberapa tahun
silam. Namun loyalis-loyalisnya masih hidup sampai saat ini. Sebagai warga
negara tentu setiap orang punya hak yang sama untuk hidup dan dihidupi oleh
negara. Pertentangan ideologi, diskursus politik, ekonomi, sosial dan
sebagainya di ruamg-ruang kuliah, di warung-warung kopi sampai di pasar-pasar
tempat ibu-ibu berjualan sangat masih terjadi.
silam. Namun loyalis-loyalisnya masih hidup sampai saat ini. Sebagai warga
negara tentu setiap orang punya hak yang sama untuk hidup dan dihidupi oleh
negara. Pertentangan ideologi, diskursus politik, ekonomi, sosial dan
sebagainya di ruamg-ruang kuliah, di warung-warung kopi sampai di pasar-pasar
tempat ibu-ibu berjualan sangat masih terjadi.
Semua orang terlihat bebas dan merdeka untuk
menyampaikan apa yang menjadi buah pikirnya ke ruang publik. Namun, satu hal
yang niscaya terjadi dalam setiap topik diskursus yang terjadi adalah adanya berita bohong. Banyak orang termakan isu
HOAKS dan tidak tanggung-tanggung untuk diceritakan kepada yang lain seolah itu
benar adanya. Inilah penyakit diskursus generasi masa kini yang saya istilahkan
dengan Generasi Praetorian.
menyampaikan apa yang menjadi buah pikirnya ke ruang publik. Namun, satu hal
yang niscaya terjadi dalam setiap topik diskursus yang terjadi adalah adanya berita bohong. Banyak orang termakan isu
HOAKS dan tidak tanggung-tanggung untuk diceritakan kepada yang lain seolah itu
benar adanya. Inilah penyakit diskursus generasi masa kini yang saya istilahkan
dengan Generasi Praetorian.
Generasi praetorian adalah generasi yang
tunduk pada “kekuatan” informasi
bohong tanpa mencari sumber kebenarannya. Ketidakbenaran adalah panglima
tertinggi dalam wacana kehidupan bersama. Ada banyak faktor yang memengaruhi realitas
tersebut. Beberapa diantaranya adalah keterbatasan penghetahuan, propaganda
media telekomunikasi dan informasi sampai pada kesengajaan beberapa pihak yang
secara kontinu menyebarkan berita bohong.
tunduk pada “kekuatan” informasi
bohong tanpa mencari sumber kebenarannya. Ketidakbenaran adalah panglima
tertinggi dalam wacana kehidupan bersama. Ada banyak faktor yang memengaruhi realitas
tersebut. Beberapa diantaranya adalah keterbatasan penghetahuan, propaganda
media telekomunikasi dan informasi sampai pada kesengajaan beberapa pihak yang
secara kontinu menyebarkan berita bohong.
Ironisnya, lahir pula pribadi-pribadi yang
loyal untuk mempertahankan berita sumbang demi tujuan tertentu. Dan yang
terakhir biasanya laku dimusim politik. Alhasil, kebenaran kian tersisih dari
domainya mengikuti logika mayoritas. Kebenaran adalah apa yang diyakini banyak
orang sebagai yang benar bukan sebagai yang adanya.
loyal untuk mempertahankan berita sumbang demi tujuan tertentu. Dan yang
terakhir biasanya laku dimusim politik. Alhasil, kebenaran kian tersisih dari
domainya mengikuti logika mayoritas. Kebenaran adalah apa yang diyakini banyak
orang sebagai yang benar bukan sebagai yang adanya.
Dinamika dan realitas hidup yang terjadi
akhir-akhir ini sekiranya perlu diantisipasi dengan pelbagai hal yang coba saya
bagi dalam tiga bagian. Pertama.
Generasi praetorian akan kehilangan basis dialektikanya jika setiap orang
secara sadar dan tegas menyaring setia berita yang diterima. Tentu ini tidak
mudah tetapi bukan tidak mungkin. Keseriusan dalam menata cara berpikir lewat
keberanian untuk menyapaikan apa yang benar merupakan hal dasar yang mesti
dimiliki oleh setiap warga negara.
akhir-akhir ini sekiranya perlu diantisipasi dengan pelbagai hal yang coba saya
bagi dalam tiga bagian. Pertama.
Generasi praetorian akan kehilangan basis dialektikanya jika setiap orang
secara sadar dan tegas menyaring setia berita yang diterima. Tentu ini tidak
mudah tetapi bukan tidak mungkin. Keseriusan dalam menata cara berpikir lewat
keberanian untuk menyapaikan apa yang benar merupakan hal dasar yang mesti
dimiliki oleh setiap warga negara.
Banyak fakta ketimpangan yang terjadi
misalnya, RAPBN yang terkesan populis dan tidak realistis ketika tahun politik,
lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan kenaikan BBM beberapa waktu
lalu. Inilah petaka-saya sengaja menyebutnya demikian-yang akan merugikan
masyarakat kecil.
misalnya, RAPBN yang terkesan populis dan tidak realistis ketika tahun politik,
lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan kenaikan BBM beberapa waktu
lalu. Inilah petaka-saya sengaja menyebutnya demikian-yang akan merugikan
masyarakat kecil.
Kedua. Selain
informasi politik yamg sering kabur air, fakta kemiskinan juga turut dipolitisasi.
Kemakmuran bukan soal sejumlah tol dan jembatan yang telah dibangun atau soal
sikap pemimpin yang berani turun gunung tetapi lebih jauh menyikapi problem
kemiskinan yang dihadapi masyarakat bawah. BPS (2017) merilis, andil terbesar
pada garis kemiskinan adalah bahan makanan pokok sebesar 73,35%. Lumbung
kemiskinan ada di pedesaan. Dari 26, 58 juta penduduk miskin di Indonesia, 16.
31 juta (13, 37%) ada di pedesaan dan sisanya 10, 27 juta (7, 26%) ada di
perkotaan.
informasi politik yamg sering kabur air, fakta kemiskinan juga turut dipolitisasi.
Kemakmuran bukan soal sejumlah tol dan jembatan yang telah dibangun atau soal
sikap pemimpin yang berani turun gunung tetapi lebih jauh menyikapi problem
kemiskinan yang dihadapi masyarakat bawah. BPS (2017) merilis, andil terbesar
pada garis kemiskinan adalah bahan makanan pokok sebesar 73,35%. Lumbung
kemiskinan ada di pedesaan. Dari 26, 58 juta penduduk miskin di Indonesia, 16.
31 juta (13, 37%) ada di pedesaan dan sisanya 10, 27 juta (7, 26%) ada di
perkotaan.
Hemat saya, ini yang perlu dibenahi tentu
bukan dengan cerita kesuksesan infrastruktur tetapi soal apa yang dapat rakyat
makan. Bukankah amanat Konstitusi kita menugaskan kepada negara untuk
mensejahterakan rakyatnya? Jika rakyat sejahtera maka kita bebas dari polemik
generasi praetorian.
bukan dengan cerita kesuksesan infrastruktur tetapi soal apa yang dapat rakyat
makan. Bukankah amanat Konstitusi kita menugaskan kepada negara untuk
mensejahterakan rakyatnya? Jika rakyat sejahtera maka kita bebas dari polemik
generasi praetorian.
Ketiga. Setiap orang perlu menentukan bagaimana cara
ia berbahagia karena hidup terlalu singkat ketika kebahagian itu adalah
pemberian orang lain. Kebahagiaan dalam konteks ini diartikan sebagai kebebasan
untuk berada sesuai adanya. Berhadapan dengan keberagaman dan perbedaan yang
ada, setiap orang perlu diberi rasa aman oleh yang lain. Sikap egoistik-agama,
ras, suku, dan status social- yang sering melanggengkan kebenaran mayoritas
perlu dihindari. Nah, negara memiliki tugas mulia untuk mengatur hal ini.
ia berbahagia karena hidup terlalu singkat ketika kebahagian itu adalah
pemberian orang lain. Kebahagiaan dalam konteks ini diartikan sebagai kebebasan
untuk berada sesuai adanya. Berhadapan dengan keberagaman dan perbedaan yang
ada, setiap orang perlu diberi rasa aman oleh yang lain. Sikap egoistik-agama,
ras, suku, dan status social- yang sering melanggengkan kebenaran mayoritas
perlu dihindari. Nah, negara memiliki tugas mulia untuk mengatur hal ini.
Jika tidak, maka mereka (baca: negara) tidak
lain adalah loyalis-loyalis generasi praetorian berwajah baru yang masih
bertahan di negara ini. Negara-pemerintah-semestinya tetap dijalur rakyat karena itulah harapan satu-satunya untuk
menciptakan perubahan. Tanpa hal itu maka negara tidak lain adalah oligarki
berwajah humanis.
lain adalah loyalis-loyalis generasi praetorian berwajah baru yang masih
bertahan di negara ini. Negara-pemerintah-semestinya tetap dijalur rakyat karena itulah harapan satu-satunya untuk
menciptakan perubahan. Tanpa hal itu maka negara tidak lain adalah oligarki
berwajah humanis.
*Penulis
adalah anggota Lembaga Kajian, Penelitian
dan Pengembangan PP PMKRI St. Thomas Aquinas periode 2018-2020.
adalah anggota Lembaga Kajian, Penelitian
dan Pengembangan PP PMKRI St. Thomas Aquinas periode 2018-2020.