Aksi Bom Gereja di Surabaya, Koalisi Mahasiswa dan Pemuda Bela NKRI Nyatakan Sikap

JAKARTA, Verbivora.com-
Aksi terorisme bermunculan setiap tahunnya di Indonesia dengan intensitas yang
semakin meningkat. Aksi terorisme di Indonesia selalu bermunculan setiap tahun.
Namun, ragam aksi teror yang terjadi membuktikan bahwa terorisme telah menjadi
masalah penting dan menuntut perhatian terus-menerus.
Maraknya
aksi teror di Indonesia berdampak pada seluruh komponen dalam masyarakat.
Masyarakat seolah hidup di bawah bayang-bayang teror. Fenomena terorisme
menjadi momok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Adapun
kejadian-kejadian terorisme belakangan yang terjadi adalah ; Bom Cicendo
Bandung, Bom Kampung Melayu, Penyerangan Polda Sumut, Penusukan Polisi di
Masjid Falatehan, Pemblokiran telegram Telegram, hingga kejadian penyanderaan
di MAKO BRIMOB Kelapa 2 Depok dan kejadian bom bunuh diri pagi ini di Surabaya.
Dua
kejadian terakhir ini terjadi dalam minggu yang sama. Kejadian-kejadian
terorisme tersebut memberikan luka dan terror bagi rakyat Indonesia, tertama
korban dan keluarga korban.
Jurdil
Kathonna Maure selaku Kordinator Koalisi Mahasiswa dan Pemuda Bela NKRI
mengatakan, bahwa hal ini menunjukkan tidak tegas dan minimnya perhatian
Presiden dalam   melihat kasus terorisme
diIndonesia. hanya Presiden, profesionalitas POLRI dan BIN juga menjadi catatan
penting atas kejadian ini.
”Aksi
terorisme yang baru saja terjadi membuat luka bangsa indonesia atas perilaku
terorisme semakin menganga. Ini merupakan akibat dari ketidak tegasan pemimpin
di republik ini serta lambannya penanggulangan dan ketidakprofesionalnya POLRI
dan BIN dalam memberantas terorisme,” ungkap Kathonna.
Selain
hal itu Koalisi Mahasiswa dan Pemuda Bela NKRI juga mengkritisi RUU terorisme
yang merupakan legalitas dan bentuk tindakan tegas terhadap aksi terorisme juga
terkesan lamban untuk di bahas dan di sahkan oleh DPR RI. Pemerintah harus
bersikap tegas agar tidak jatuh korban lagi di kalangan masyarakat, jika perlu
libatkan TNI dalam pemberantasan terorisme.
“POLRI
dan BIN tidak mampu mampu menyentuh dan menindak aksi-aksi terorisme diIndonesia
yang memakan banyak korban jiwa dan mengancam keutuhan NKRI. Singkatnya “Negara
abai dan gagal” dalam melindungi kehidupan rakyatnya dari ancaman terorisme,”
pungkas Kathonna.
Koalisi
Mahasiswa dan Pemuda Bela NKRI pun merasa bahwa Rancangan Undang-Undang Terorisme
yang merupakan solusi untuk memberantas terorisme diIndonesia ini juga tak
kunjung disahkan sebagai undang-undang, hal ini juga merupakan hambatan yang
membuat makin maraknya aksi terorisme diIndonesia  ini.
Oleh
karena itu, PMKRI Jakpus, GMNI Jakpus, KMHDI Jakarta, HIKMAHBIDHI Jakut dan HMI
Pustara yang tergabung dalam Koalisis Mahasiswa dan Pemuda Bela NKRI menyatakan
sikap:

1.Mengutuk
keras segala aksi terorisme yang terjadi diIndonesia

2.Menyatakan
mosi tidak percaya terhadap presiden

3.Mendesak
Presiden untuk mencopot Tito Karnavian dari jabatannya sebagai Kepala
Kepolisian Republik Indonesia (KAPOLRI)
4.Mendesak
Presiden intuk mencopot Budi Gunawan dari Jabatannya sebagai Kepala Badan
Intelijen Negara (BIN)
5.Mendesak
DPR RI agar segera mengesahkan Rancangan Undang-Undang Terorisme.
Untuk
diketahui Koalisi Mahasiswa dan Pemuda Bela NKRI juga akan melakukan aksi 1000
lilin sebagai bentuk kepedulian terhadap para korban dan protes terhadap
pelaku-pelaku terorisme serta kepada Presiden, POLRI, BIN dan DPR RI pada :
Hari/Tanggal
: Selasa 15 Mei 2018
Waktu            : Pukul 18.30-Selesai
Tempat          : Taman Pandang Jakarta pusat
CP
: Bung Kathonna (0852-14112787)

RELATED ARTICLES

Most Popular