Jakarta,verbivora.com– Momentum menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) di tahun 2024 mendatang, seluruh masyarakat Indonesia akan menyongsong pesta demokrasi secara serentak dari berbagai tingkatan Pemilu mulai dari Pilkada hingga Pilpres. Dari Legislatif sampai Eksekutif.
Hal ini menjadi catatan sejarah dimana pagelaran Pemilu akan dilaksanakan secara bersamaan. Tentu saja, fenomena tersebut harus disambut baik, dimana kita akan mengalami peralihan kekuasaan dan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang semoga saja sesuai dengan cita-cita rakyat.
Dalam menyambut pesta demokrasi mendatang, tentunya para kandidat harus mampu menunjukan kemampuan mereka dalam memetakan konsep serta program kerja yang bertujuan demi terciptanya kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan. Ini merupakan suatu keharusan untuk para kandidat agar lebih fokus pada pertarungan gagasan, visi, misi bahkan program kerja yang bisa menjawab kebutuhan rakyat bukan malah menguatkan politik identitas ataupun hal-hal lain yang tidak menunjukan kualitas para kandidat.
Para calon pemimpin di Negara Kesatuan Republik Indonesia, harusnya menjadi tauladan yang baik untuk menunjukan bahwa karakter bangsa kita dalam menghadapi suatu dinamika politik nasional maupun regional haruslah berbasis pada visi-misi serta program kerja yang akan lebih bermanfaat bagi pemilih (rakyat) dibanding politik yang menciptakan kelompok (terpolarisasi) tertentu sehingga hasil akhir dari Pemilu justru tidak sesuatu dengan cita-cita masyarakat Indonesia mengenai pemimpin yang ideal.
Calon pemimpin harus dapat menghasilkan dan menunjukan ide dan gagasan yang akan bermanfaat kepada para pemilih karena hal itu berkaitan langsung dengan kebutuhan mereka. Dan akan berbanding terbalik jika para kandidat justru beradu identitas atau membawa unsur “SARA” dalam mengkampanyekan diri mereka kepada para pemilih.
Politik adalah seni, karena dalam arena perpolitikan kita diharuskan untuk bertarung ide dan gagasan dalam pembangunan dan masa depan Indonesia. Kita tentu perlu menyadari bahwa selama beberapa periode (Pemilu) belakangan ini, kita masih belum menunjukan karakteristik politik yang ideal dalam penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Oleh karena itu, kita mengharapkan bahwa di tahun demokrasi pada 2024 nanti, dihadapan para pemilih yang rasional bukan didominasi pada pendekatan emosional, para kandidat yang akan bertarung nantinya dapat menunjukan kelayakannya dalam pertarungan politik gagasan yang dapat dipertanggungjawabkan saat mereka menjabat nantinya.
Pemilu sesungguhnya menjadi ruang integrasi, bukan menjadi ruang disintegrasi. Rakyat menginginkan sosok pemimpin yang mempunyai gagasan visi Indonesia ke depan. Politik bergagasan semestinya mulai di hidupkan kembali, Indonesia dibangun oleh para pendiri dengan basis gagasan, ide dan konsep yang matang. Bukan malah polarisasi identitas, sara dan ujaran kebencian.
Mari membangun tradisi politik bergagasan, dengan tidak mengkapitalisasi suara rakyat demi merebut kekuasaan apalagi menggunakan segala cara termasuk Politik Identitas. Kita sebagai bagian penting dari pilar demokrasi (rakyat) harus bersama mengawal terciptanya demokrasi secara kondusif, toleran, dan berdaya saing untuk demokrasi indonesia yang berintegritas.
Oleh : Evensianus Dahe Jawang (Komda PMKRI DKI Jakarta periode 2022-2024)