Geert Wilder, seorang politisi asal Belanda yang akan diadili lantaran menyebar kebencian rasial – Sumber: www.playbuzz.com |
Namun, pemimpin Partai Kebebasan Belanda (Partij voor de Vrijheid) ini menolak hadir dalam persidangan yang digelar pada Senin (31/10/210). Menurut Wilder, persidangan tersebut merupakan pengadilan politik.
Politikus sayap kanan Belanda ini memang berulangkali melontarkan kritikan terhadap Islam. Ia bahkan menyerukan agar Al Qur’an dilarang dan semua masjid di Belanda di tutup. Kebencian Wilder terhadap penduduk Islam terbesar setelah Turki ini memicu konflik di negeri Kincir Angin tersebut.
Menurut Jaksa, dalam pawai yang digelar Partai Kebebasan Belanda pada tahun 2014 silam, Wilder bertanya apakah mereka ingin lebih sedikit atau lebih banyak orang Maroko di Belanda. Saat itu, para pendukung partai membalas dengan memekik ‘lebih sedikit’, Wilder kemudian menanggapi ‘kita akan mengaturnya’.
Pengadilan atas anggota parlemen Belanda yang sudah berkiprah sejak tahun 1998 ini berlangsung ditengah proses jajak pendapat partai yang semakin meningkat menjelang pemilihan parlemen pada bulan Maret tahun depan.
Jajak tersebut memperlihatkan partai politik terbesar keempat di Belanda ini bersaing ketat dengan Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (VVD) pimpinan Perdana Menteri, Mark Rutte, dengan masing-masing diperkirakan meraih lebih dari 25 kursi dari jumlah keseluruhan 150 kursi.
Pada tahun 2011 lalu, Wilders dinyatakan bebas dari dakwaan kebencian rasial terhadap penduduk muslim. Pada saat itu, tanpa kehadiran Wilder, hakim membuka sidang dengan mengambil pernyataan yang ditulis Wilder di media sosial.
Willders bisa dipaksa untuk hadir ke pengadilan dan Ia pun akan diancam dengan hukuman maksimal setahun jika benar terbukti bersalah. Pengadilan atas Wilder direncanakan akan digelar selama tiga minggu hingga pembacaan vonis bulan Desember.
Haluan Konservatif-Liberal Anti Islam
Karir politik Willder berawal dari penulis naskah pidato di Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (Volkspartij voor Vrijheid en Democratie) yang berhaluan konservatif-liberal. Ia kemudian menjadi asisten parlemen dari permimpin partai tersebut yaitu Frits Bolkestein selama periode 1990 hingga 1998.
Pada tahun 1966 Wilder terpilih sebagai anggota Dewan Kota Utrecht. Ia kemudian kemudian hijrah dan menjadi anggota Parlemen Belanda. Karena perbedaan pendapat dengan partainya mengenai bergabungnya Turki ke dalam Uni Eropa, Wilder keluar dari VVD tahun 2004 dan membentuk partainya sendiri yakni Partai Kebebasan Belanda yang sering disingkat PVV.
Haluan politik Wilder adalah kanan nasionalis yang liberal. Ia tak hanya dikenal sebagai anti Islam, tetapi juga Wilder sangat anti terhadap imigran. Ia pernah membuat film pendek bersama Arnoud van Doorn pada tahun 2008.
Film yang berjudul Fitna tersebut menyulut kontroversi. Film tersebut memuat pandangannya tentang Islam dan Al-Qur’an. Wilders pun pernah mengusulkan agar pemerintah Belanda melarang Al Qur’an.* (Andy Tandang)