Pelaku pemboman Gereja Oukemene Samarinda – Foto: ist |
Anak-anak ini tak berdosa. Mereka hanyalah korban dari keganasan manusia yang haus akan darah. Mereka hanyalah korban dari keberingasan ideologis yang katanya mengusung nilai keilahian. Beruntungnya mereka selamat. Keempat korban pun langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Lalu, ada apa dengan kaos sang pelaku pemboman yang bertuliskan “Jihad” itu? Apakah tulisan tersebut menjadi simbol sekaligus spiritualitas yang menggerakan pelaku untuk meledakkan bom di halaman rumah Tuhan? Ataukah sang pelaku hanya secara kebetulan memakai kaos tersebut, tanpa mengetahui makna di balik tulisan itu? Hanya sang pelaku yang tahu.
Tetapi, jika memang tulisan ‘jihad” di kaos pelaku punya korelasi dengan aksi pemboman yang dilakukannya, maka makna jihad itu sendiri patut dipertanyakan. Jika jihad adalah cara menyatakan kebenaran Allah dengan membinasakan orang-orang yang tak berdosa, maka patutlah doktrin tersebut dimurnikan kembali.
Pelaku memang sudah ditangkap. Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, pelaku berinisial Juanda itu adalah mantan napi yang terkait jaringan bom buku di Jakarta tahun 2011 silam. Kapolri juga mengakui bahwa pelaku tergabung dengan jaringan teroris.
“Pelaku sudah ditangkap. Napi kasus teror bom Puspitek di Serpong dan terkait bom buku di Jakarta 2011. Dia gabung dengan kelompok JAT, kita akan kembangkan ” kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian seperti dilansir Kompas.com, Minggu (13/11/2016).
Sebelumnya, Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan bahwa pelaku bom di gereja Oukemene tersebut juga terkait bom Puspitek Serpong dan kelompok Pepy Vernando.
“Setelah bebas (Juanda) bergabung dengan kelompok JAD Kaltim dan mempunyai link dengan kelompok Anshori di Jatim yang sekarang ini masih di supervisi karena indikasi akan beli mendatangkan senjata api dari Filipina,” tutur Boy.
Reakasi Keras PBNU dan MUI
Kejadian pemboman ini menuai reaksi yang keras dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ketua Umum PBNU, Kiai Said menilai aksi kekerasan apapun termasuk serangan bom meski atas nama Islam tidak pernah dibenarkan. Nu, kata Said, mengutuk keras aksi pemboman yang terjadi di Samarinda itu.
“NU mengutuk keras peristiwa kekerasan oleh dan atas nama apapun. Termasuk yang pagi ini menimpa saudara kita di Gereja Oikumene, Samarinda,” ujar Kiai Said lewan akun Twitternya.
Reaksi yang sama datang dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI mengutuk pelaku peledakan bom Molotov tersebut. Tindakan tesrsebu menurut MUI sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang yang dihidupi dalam agama.
“Tindakan tersebut jelas bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan nilai-nilai Pancasila. Tindakan tersebut dapat mengusik kerukunan hidup umat beragama dan mengancam kebhinnekaan dalam NKRI,” kata Wakil Ketua MUI Pusat Zainut Tauhid dalam keterangannya kepada detikcom, Minggu (13/11/2016).
Dikatakan Zainut, MUI menengarai aksi pelemparan bom molotov ini adalah bentuk teror yang dilakukan oleh kelompok yang menginginkan terjadinya kekacauan, distabilitas nasional dan disintegrasi bangsa Indonesia. Kelompok ini ingin menciptakan kondisi bahwa negara Indonesia tidak aman, mencekam dan menakutkan.
“MUI meminta kepada aparat kepolisian untuk bertindak cepat menangkap pelakunya, dan mengusut tuntas motif tindakannya sehingga dapat diantisipasi dampak ikutannya,” ujar Zainut.* (AT)