Menuju Kontestasi Kepemimpinan 2018, PMKRI Malang Gelar Sosialisasi Pilkada Di Kota Malang

Foto. Dok. Pribadi

Malang,Verbivora.com- Pada tanggal 29 April 2018 PMKRI cabang Malang Sanctus Augutinus bekerja sama dengan KPU kota Malang telah berhasil menyukseskan sosialisasi pendidikan politik kepada masyarakat kota Malang. 

Acara yang bertempat di gedung pusat Pastoral Keuskupan Malang dihadiri berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari, umat katolik, organisasi kemasyarakatan dan pemuda, perwakilan BEM dan KMK perguruan tinggi se-kota Malang, organisasi kategorial dan peserta lainnya.

Rosalia Koniaty Bayo selaku ketua presidium PMKRI cabang Malang dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan sosialisasi tersebut menekankan pentingnya membangun kesadaran kritis masyarakat terlebih khusus kaum muda agar mampu mengambil peran di dalam kehidupan berpolitik. “PMKRI sebagai organisasi pengkaderan dan pergerakan yang berjuang dengan terlibat mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati bagi Gereja dan bangsa memiliki tanggungjawab untuk mengemban tugas negara”  tegasnya.

Komisioner KPU kota Malang, Ashari Hussen, S.Sos. M.Si pemateri pertama dengan gaya khasnya yang santai tapi tegas menjelaskan beberapa poin penting mengenai sosialisasi pemilih dan pendidikan politik pemilu guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pilkada serentak 2018.

Pemuda diharapkan turut andil untuk memperbaiki sistem pemerintahan di Indonesiabukan justru sebaliknya acuh dan tak mau tahu. Kondisi politik yang tak lepas dari money game perlu dobrakan pemuda agar lebih baik dari periode ke periode berikutnya.

Pemuda adalah leader of change yang membawa kontribusi besar untuk kebaikan bangsa ini. Dalam menyongsong pilkada sehat, beberapa hal yang dapat dilakukan pemuda sebagai terobosan dalam politik adalah: Menghilangkan politik uang dalam pilkada, stop black campaign maupun negative campaign dan menjadi agen perubahan

Pemuda sebagai leader of change memiliki peran yang sangat penting dalam menggiring opini masyarakat dan media dalam mewujudkan pilkada sehat. Sehingga tidak ada serang argumen antar supporter calon kepala daerah baik di dunia maya (sosial media) maupun di dunia nyata.

Dengan kontribusi pemuda dalam politik yang bersinergi dengan pemerintah dan masyarakat maka diharapkan akan terbentuk budaya politik yang sehat (healthy politic culture) dan masyarakat madani (civil society).  Selain menggerakkan pemuda sebagai leader of change beliau juga menjelaskan tata cara pencoblosan yang baik dan benar atau sah tidaknya pencoblosan pemilih dalam pemilu.

Pencoblosan yang merupakan hal penting guna menyalurkan aspirasi masyarakat dalam menentukan pilihan dilanjutkan dengan pengenalan tiga pasangan calon walikota dan wakil walikota Malang. Calon pasangan pertama Walikota Ya’qud Ananda Gudban, SS. MM. dan calon wakil walikota H. Wanedi disusul paslon nomor dua H. Anton dan H. Syamsul Mahmud SE. dan di nomor urut terakhir ada Sutiaji dan Sofyan Edi Jarwoko.

Dr.Yustina Ndung S. Pd M.Si sebagai satu-satunya pemateri perempuan dalam sosialisasi kali ini memaparkan materi yang bertajuk “Pemilih Kota Malang; Rakyat Memilih Pemimpin Populis?”. Memilih pemimpin masa depan kota Malang yang populis melalui pendidikan politik yang dijiwai nilai-nilai pancasila harus diikuti kerjasama semua komponen dengan pijakan pancasila agar mencegah politisasi dalam berbagai varian.

Pada kesempatan yang sama Dr. Yustina memberikan argumennya terkait roh dari populis itu sendiri. “Pemimpin populis yang berarti pemimpin yang dekat bersama masyarakat atau yang ada bersama masyarakat lebih jauh harus diantisipasi jangan sampai dipakai legimitasi untuk kompetisi dengan kedekatan bersama masyarakat sebagai modus populis” Ungkapnya

Mengutip Eugene B. Habecker “Pemimpin sejati melayani. Melayani orang-orang. Melayani minat terbaik mereka. Dalam memimpin, mereka tidak selalu bertindak populer , dan tidak juga selalu mengesankan. Tetapi pemimpin sejati selalu dimotivasi oleh kepedulian kasih dibandingkan hasrat kejayaan pribadi dan mereka pun bersedia membayar harganya.” Kiranya dapat menjadi pertimbangan bagaimana kita bisa membedakan pemimpin yang populis atau bukan.

Peran pers dalam pilkada pun tidak dilewatkan oleh beliau sebagai agen penting dalam beberapa poin berikut: pertama, arena konsestasi politik dan pembentukan opini publik yang sehat, kedua, arena interaksi konstruksi kesadaran tentang demokrasi di aras lokal, ketiga, instrumen reprentasi kepentingan public, keempat berkenaan dengan sarana sosialisasi dan pendidikan politik kepada masyarakat.

Senior PMKRI Cabang Kupang, George Da Silva dalam materinya dengan tema “Pelanggaran Pilkada Pidana Dan Pendidikan” menjelaskan dasar hukum, perselisihan pemilu, pelanggaran hingga kepada ketentuan pidana dalam lingkup politik pemilu.

Lebih dari itu, mantan panwaslu ini menegaskan penghilangan money politik yang marak terjadi dalam momentum pemilu seperti ini agar pemimpin yang baik terbebas dari praktek  Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). “Masyarakat pun harus lebih mampu memilih dengan hati nurani sesuai pemahaman yang hakekatnya tidak ada intimidasi, penekanan, janji, pemberian uang/barang/jasa maupun penindasan” tandasnya

Vikep kategorial keuskupan Malang bidang kemasyarakatan RD. Andi Wibowo Pr. sebagai pemateri terakhir menjelaskan tentang Gereja dan Politik. dalam pembicaraannya menjelaskan sesuatu yang sangat menarik tentang anggapan hampir seluruh masyarakat bahwa politik itu kotor dengan dilanjutkan kutipan dari Paus Fransiskus bahwa kalau politik itu kotor siapa yang membersihkan kotoran tersebut? 

Pertanyaan reflektif itu benar-benar menggenjot pikiran kita bahwa politik tergantung dari diri kita sendiri. Peran umat Khatolik untuk terjun dan mengambil bagian dalam perpolitikan menjadi sebuah kewajiban yang harus dibarengi dengan pertanggungjawaban yang besar dan tetap memakai hukum kasih dalam penyelenggaraannya.

Hukum kasih tersebut sekiranya menjadi patokan agar umat Khatolik tidak salah langkah dalam menanggapi hidup panggilan dalam dunia perpolitikan. Umat katholik harus mengambil peran dalam perpolitikan.

Acara yang ditutup dengan makan malam bersama dalam nuansa kekeluargaan ini meninggalkan begitu banyak kesan baik dari anggota PMKRI maupun para tamu undangan yang hadir. Akan tetapi lebih daripada itu sebelumnya teman-teman dari kepanitian telah mengkonsepkan kegiatan di penghujung acara dengan membagikan makanan di pasar besar kota Malang kepada tukang becak dan pengemis sambil mengingatkan mereka untuk tidak lupa menggunakan hak pilih mereka pada tanggal 27 July mendatang dan memilih pemimpin masa depan sesuai dengan hati nurani mereka. (y/s)

RELATED ARTICLES

Most Popular