Ket. Ustad Abdul Somad dan Politisi PDIP Restu Hapsari |
JAKARTA, VERBIVORA.COM- Momentum Hari Raya Kemerdekan Republik Indonesia ke-74 dicederai oleh ujaran
bernuansa kebencian oleh Ustad Abdul Somad. Kemerdekaan yang sejatinya harus
menjadi perenungan kebangsaan dan meneguhkan spirit kebhinnekaan dirusak oleh
Ustad Abdul Somad dengan ceramahnya yang tidak bertanggung jawab. Meski
dilakukan di tempat tertutup, namun akhirnya ceramah bernuansa ujaran kebencian
tersebut beredar ramai di media massa, facebook dan twitter.
Ustad Abdul Somad yang memposisikan
diri sebagai intelektual Muslim dan memiliki kecukupan ilmu teologis secara
terang-terangan di hadapan umat Islam yang mengikuti ceramahnya telah
melecehkan simbol keimanan bagi umat Nasrani itu jauh dari semangat hidup berbangsa
dalam payung Pancasila yang mengedepankan semangat toleransi antarumat
beragama. Dalam ceramahnya Ustad Abdul Somad begitu eksplisit dan agresif
menyatakan bahwa di dalam salib ada jin kafir dalam bentuk patung.
diri sebagai intelektual Muslim dan memiliki kecukupan ilmu teologis secara
terang-terangan di hadapan umat Islam yang mengikuti ceramahnya telah
melecehkan simbol keimanan bagi umat Nasrani itu jauh dari semangat hidup berbangsa
dalam payung Pancasila yang mengedepankan semangat toleransi antarumat
beragama. Dalam ceramahnya Ustad Abdul Somad begitu eksplisit dan agresif
menyatakan bahwa di dalam salib ada jin kafir dalam bentuk patung.
Ujaran Abdul Somad tersebut mendapat
tanggapan dari Politisi PDIP, Restu Hapsari. Ia menilai Ustad Abdul Somad tidak
mencerminkan seorang tokoh agama karena ucapannya yang sangat menyinggung
persaan umat lain.
tanggapan dari Politisi PDIP, Restu Hapsari. Ia menilai Ustad Abdul Somad tidak
mencerminkan seorang tokoh agama karena ucapannya yang sangat menyinggung
persaan umat lain.
“Menurut saya Ustad Abdul Somad
tidak mencerminkan seorang pemimpin atau pemuka agama yang menjaga toleransi
antarumat beragama. Sebagai pemimpin atau pemuka agama, seorang ustad
seharusnya mengedepankan nilai-nilai kerukunan dan saling menghormati antarumat
beragama. Bukan malahan mengeluarkan ujaran yang dapat memicu kebencian
antarumat beragama,” tegas Restu Hapsari yang kini juga sebagai Sekjen DPP
Taruna Merah Putih.
tidak mencerminkan seorang pemimpin atau pemuka agama yang menjaga toleransi
antarumat beragama. Sebagai pemimpin atau pemuka agama, seorang ustad
seharusnya mengedepankan nilai-nilai kerukunan dan saling menghormati antarumat
beragama. Bukan malahan mengeluarkan ujaran yang dapat memicu kebencian
antarumat beragama,” tegas Restu Hapsari yang kini juga sebagai Sekjen DPP
Taruna Merah Putih.
Dalam perspektif hukum, Restu Hapsari
mengatakan, Ustad Abdul Somad bisa diduga melakukan penistaan atau penodaan
agama bila ada yang melaporkan karena tersinggung atau merasa dinistakan
agamanya.
“Dengan menyampaikan penghinaan terhadap simbol suci agama tertentu,
Ustad Abdul Somad dinilai telah melakukan kebencian dan dapat berdampak pada
retaknya persatuan dan kesatuan bangsa. Apalagi ketika ujaran kebencian ini
diungkapkan oleh seorang pemimpin atau pemuka agama,” ujar Restu.
Ustad Abdul Somad dinilai telah melakukan kebencian dan dapat berdampak pada
retaknya persatuan dan kesatuan bangsa. Apalagi ketika ujaran kebencian ini
diungkapkan oleh seorang pemimpin atau pemuka agama,” ujar Restu.
Lebih lanjut Restu meminta kepada
negara dengan seluruh perangkatnya untuk tegas menyikapi hal ini. “Agar
masyarakat kita tidak terprovokasi dan agar isu ini tidak semakin melebar, maka
negara dengan perangkatnya harus menyikapi hal ini secara tegas karena kita
hidup dalam semangat kebhinekaan yang seharusnya selalu mengedepankan toleransi
dan persatuan,” tutur Restu.
negara dengan seluruh perangkatnya untuk tegas menyikapi hal ini. “Agar
masyarakat kita tidak terprovokasi dan agar isu ini tidak semakin melebar, maka
negara dengan perangkatnya harus menyikapi hal ini secara tegas karena kita
hidup dalam semangat kebhinekaan yang seharusnya selalu mengedepankan toleransi
dan persatuan,” tutur Restu.
Restu juga menyampaikan perlunya
kedewasaan bersikap dalam menghadapi ujaran kebencian, sehingga umat agama yang
terkait tidak mudah terprovokasi.
kedewasaan bersikap dalam menghadapi ujaran kebencian, sehingga umat agama yang
terkait tidak mudah terprovokasi.
“Dalam hal ini, saya yakin bahwa
umat Nasrani tidak mudah terprovokasi dan melakukan tindakan yang bisa merusak
kerukunan dan perdamaian antarumat beragama, khususnya dengan umat Muslim. Saya
berharap umat Nasrani dan umat Muslim makin bijak menghadapi hal-hal seperti
ini, karena kita sudah terlalu sering ditempa dengan peristiwa-peristiwa
serupa. Perlu kedewasaan dan sikap bijak untuk menjaga persatuan dan perdamaian
antarumat beragama,” ujar Restu mengakhiri perbincangan.
umat Nasrani tidak mudah terprovokasi dan melakukan tindakan yang bisa merusak
kerukunan dan perdamaian antarumat beragama, khususnya dengan umat Muslim. Saya
berharap umat Nasrani dan umat Muslim makin bijak menghadapi hal-hal seperti
ini, karena kita sudah terlalu sering ditempa dengan peristiwa-peristiwa
serupa. Perlu kedewasaan dan sikap bijak untuk menjaga persatuan dan perdamaian
antarumat beragama,” ujar Restu mengakhiri perbincangan.