Agus Yudhoyono mengunjungi Ahok di Mako Brimob – Foto: ist |
Banyak yang menyayangkan keputusan itu. Salah satu diantaranya adalah Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Di mata Gatot, prajurit angkatan 2000 ini memiliki segudang prestasi sejak baru masuk dunia akademik militer. Agus adalah salah satu prajurit terbaik yang dibidik TNI untuk memajukan militer Tanah Air.
“Saya menyayangkan. Saya sudah siapkan sebagai kader. Lihat kadernya pilih berpolitik, berat tapi itu hak pribadi. Yang lainnya pasti nanti ada lagi,” tutur Gatot di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, seperti dilansir liputan6.com, Jumat (23/9/2016).
Namun, pilihan Agus rupanya tak bisa digoyang. Kerinduannya untuk terjun dalam dunia politik praktis lewat konstelasi pilkada DKI, menjadi spirit yang mengharuskannya berpindah langkah, dari militer ke politik. Dua dunia yang sangat berbeda.
Keputusan Agus kala itu menuai banyak kritik dan sinis. Salah satunya datang dari Peneliti LIPI Adriana Elizabeth. Adriana menunjukkan keraguannya dengan menyebut Agus tidak pantas untuk memimpin Jakarta. Prestasi nyata di masyarakat pun belum pernah dibuktikan.
“Itu bisa menjadi salah satu pertimbangan, karena baru pertama kali berpolitik, belum ada pengalaman pasti ada keraguan,” papar Adriana di Gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, seperti dilansir merdeka.com, Kamis (27/10).
Saat itu, didampingi Sylviana Murni, Agus yang diusung “Koalisi Cikeas” bersaing merebut kursi DKI I melawan sang petahana Basuki Tjahja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan calon lainnya, Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Tingkat popularitas dan elektabilitas kedua pesaingnya itu memang sangat melejit. Sebagai ‘orang baru’ dalam dunia politik, Agus tentu harus bekerja keras untuk merebut suara warga Jakarta. Yang menarik adalah, meski dalam suasana menjelang pilkada, suami Annisa Pohan menyatakan tetap ingin menjaga hubungan baik dengan kedua paslon pesaingnya.
“Saya tentu ingin terus bisa bersahabat dengan mereka semua walaupun dalam suasana seperti ini,” ujar Agus dilansir Kompas.com, Senin (03/10/2016).
Agus, Sang Kesatria di Mata Ahok
Salah satu kekuatan yang cukup diperhitungkan saat itu adalah Basuki Tjahja Purnama. Gebrakan kebijakan yang sangat progresif, membuat sosok yag akrab disapa Ahok ini, sangat diperhitungkan dan bahkan diprediksi akan kembali memimpin DKI Jakarta.
Ketika mendengar kabar Agus akan bertarung dalam Pilkada DKI, suami Veronika Tan ini menilai keputusan itu telah melalui pertimbangan yang matang. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, kata Ahok, sudah melakukan pemetaan politik jangka panjang secara bijak.
“Ya itu sudah keputusan partai dari Pak SBY. SBY kan pasti sudah bijak, sudah dihitung,” kata Ahok di Balai Kota, Jumat (23/9/2016).
Mereka pun bersaing dalam arena pertarungan yang sama, merebut tampuk kekuasaan di jantung ibu kota. Sayangnya, Agus-Sylviana harus rela tersingkir di babak pertama karena berada di urutan paling buncit. Yang tersisa tinggal Ahok-Djarot dan Anies-Sandi, yang kemudian pada putaran kedua dimenangkan Anies-Sandi.
Setelah hasil hitungan cepat pada putaran pertama itu, Agus menelpon Ahok. Ia mengucapkan selamat kepada mantan Bupati Belitung ini lantaran lolos ke putaran kedua. Tak hanya ke Ahok, Agus juga berusaha mengucapkan selamat kepada Anies Baswedan dan Sandiaga Uno melalui telepon, tetapi tidak berhasil tersambung.
Sikap Agus dipuji Ahok. Selain karena legowo menerima kekalahannya, Agus dipuji Ahok lantaran gentlemen dan berjiwa kesatria. Agus menumpahkan kekalahannya dengan menunjukkan kedewasaan dalam berpolitik. Barangkali karena ia dilatih secara alami untuk menjadi kesatria sejati.
“(Agus telepon) menyampaikan selamat, (Agus) anak muda yang gentleman banget. Kesatria terlatih secara alami karena kan (mantan anggota) TNI, seorang Mas Agus seorang kesatria,” kata Ahok, dalam acara Mata Najwa yang disiarkan Metro TV, 22 Februari 2017.
Cemilan Kasih dan Doa yang Tulus
Rupanya, hubungan baik Ahok dengan Agus dan keluarganya sudah berlangsung lama, jauh sebelum Pilkada DKI Jakarta 2017. Setiap bertemu Agus, Ahok selalu menitip salam untuk SBY. Begitupun kepada Ibu Ani Yudhoyono.
Selasa pagi, (17/10/2017), di Rutan Mako Brimob, Agus menyempatkan diri untuk bertemu Ahok. Pasca kekalahannya dalam Pilkada DKI, Ahok kini harus menjalani rutinitasnya di balik jeruji. Kasus penodaan agama lah yang menghantarnya ke rumah tahanan itu.
Agus menemui Ahok seorang diri. Ia ingin berbicara empat mata dengan Ahok. Dalam perjumpaan selama kurang lebih 45 menit itu, Agus memberikan dukungan moril kepada Ahok dan keluarga, khususnya dalam menjalani masa-masa tahanan.
Mereka juga bercerita banyak tentang kehidupan. Keduanya saling mendoakan satu sama lain demi menjadi manusia-manusia yang lebih baik dan bermanfaat untuk orang banyak.
“Dan saling mendoakan semoga ke depan kami berdua bisa menjadi manusia yang lebih baik, dan bermanfaat untuk orang banyak,” kata Agus dalam keterangan foto yang diunggah di akun tweeternya.
Keakraban itu semakin berkesan ketika dalam kunjungannya itu, Agus membawa kue basah untuk Ahok. Ini semacam simbol kasih dan persaudaraan. Sebuah kedekatan personal yang dilandasi cinta, yang tak pernah roboh meski pernah berlaga dalam gelanggang kompetisi politik super panas musim lalu.
“Bawa kue-kue basah buat cemilan gitu,” ujar Chief Communication Officer The Yudhoyono Institute, Ni Luh Putu Caosa Indryani, melalui pesan singkat yang diterima Kompas.com, Selasa malam.
Ahok juga menulis sepucuk surat yang berisi tulisan tangan Ahok. Ada doa yang terselip di balik jeruji, ketika dengan tulus mendukung kesuksesan dan keberhasilan Agus dan keluarga. Tak lupa juga ia menitip pesan untuk Pak SBY dan Ibu Ani Yudhoyono.
“Yang saya banggakan Mas Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Terima kasih atas kunjungan dan dukungannya untuk saya dan keluarga. Saya doakan Mas Agus sehat, penuh sukacita dan damai sejahtera menyertai keberhasilan dalam hidupnya. Salam hormat utk Bapak SBY dan Ibu Ani Yudhoyono,” demikian isi surat Ahok.
Semoga silahturahmi ini menjadi inspirasi bagi kita, khususnya para elit politik di negeri ini, untuk selalu menempatkan persaudaraan sebagai spirit yang menggerakan kehidupan.