Bone, Verbivora.com – Hervina (34), guru honorer yang sudah 16 tahun mengajar di SDN 169 Desa Sadar, Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel). Mengajar sejak 2005, kemudian dipecat oleh kepala sekolah karena mem-posting gajinya Rp. 700 ribu di media sosial.
“Saya mulai mengabdi di situ Pak, 2005. Waktu itu tiga orang saja guru, dua orang honor, satu orang PNS,” ujar Hervina, dilansir detik.com, Kamis (11/2/2021).
Hervina mengungkapkan, posting-annya di akun media sosial Facebook terkait gaji Rp. 700 ribu yang diterima bukan untuk mengeluh atau merendahkan pihak sekolah. Namun posting-an itu disebut membuat kepala sekolah murka dan memecatnya langsung tanpa diberi waktu klarifikasi.
“Awalnya saya upload itu, saya dikasih dana bos selama empat bulan Rp 700 ribu (gaji). Jadi saya bilang ‘terima kasih banyak’. Itu suaminya kepala sekolahku yang kasih, kebetulan dia juga kepala sekolah SMP Satap sekalian guru kelas di SD,” kata Hervina.
Untuk diketahui, SD tempat Hervina mengajar merupakan sekolah satu atap yang bergabung dengan SMP setempat. Gaji Rp. 700 ribu tersebut diberikan oleh suami kepala sekolah SD, yang merangkap sebagai guru di SMP satu atap.
“Karena bukan kepala sekolah saya yang kasih, tapi suaminya, jadi saya terima kasih banyak sama Bu Aji (kepala sekolah). Mungkin saya salah karena saya posting seperti itu,” katanya.
Kasus ini telah mendapat atensi dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bone. Disdik telah memanggil kedua belah pihak.
Selain itu, pengawas sekolah beserta Camat Tellu Limpoe juga dipanggil. Namun, sang guru honorer, Hervina tidak hadir.
“Saya selaku pimpinan ingin mencari jalan yang terbaik. Saya ingin damaikan keduanya, cuma guru honorer tersebut tidak datang,” kata Kadisdik Bone, Andi Syamsiar Halid, dilansir detik.com, Jumat (12/2/2021).
Andi Syamsiar pun menjelaskan, jika sebelumnya guru Hervina ini sempat berhenti mengajar selama lima tahun. Dia beralasan keluar daerah, hingga kontraknya sempat diputus.
Hervina kembali mengajar setelah ia bersama Camat dan pengawas sekolah datang menghadap kepala sekolah untuk meminta untuk bisa mengajar lagi.
“Sebelumnya sempat lima tahun tidak masuk sekolah, katanya keluar daerah. Kemudian ada kebijakan setelah menghadap ke kepala sekolah yang dibantu camat dan pengawas waktu itu. Akhirnya kembali lagi mengajar,” ungkap Syamsiar.
Syamsiar juga turut menjelaskan, jika terkait Kepala Sekolah, Hamsinah yang memberhentikan Hervina menjadi guru honorer, dikatakanya bukan karena dendam atau benci.
Dikonfirmasi terpisah, Hervina yang tidak hadir dalam mengikuti pertemuan yang berlangsung di Kantor Disdik Bone pada Kamis (11/2), ia menjelaskan alasannya tidak datang.
“Saya sudah telepon ke pengawas dan operator kecamatan yang ikut memenuhi panggilan, bahwa bukan saya tidak mau datang. Kita tahu kondisi saya, sekarang belum sembuh total dan tidak boleh terlalu capek. Makanya saya tidak sempat hadir,” kata Hervina seperti dilansir detik.com.
Ia pun mengungkap jika saat ini dirinya hanya bisa berobat herbal dan tradisional meski telah disarankan oleh dokter agar melakukan operasi payudara. Makanya dia tidak boleh terlalu capek.
Belum lagi, dia baru saja dari Kota Watampone beberapa waktu lalu. Hervina baru menerima surat panggilan pada Rabu (10/2). Jarak antara Kota Watampone dengan Desa Sadar sangat jauh.
“Waktu hari Senin dan Selasa lalu saya ada di Bone, Rabu baru saya terima suratnya. Sementara kita tahu perjalanan ke Kota Watampone itu jauh. Saya tidak bisa terlalu capek,” ungkap Hervina.
Hervina pun mengakui jika dirinya memang sempat berhenti mengajar di sekolah tersebut, untuk ikut dengan suaminya yang bekerja di Kalimantan, tetapi tidak sampai lima tahun. Dan kemudian ketika kembali pulang, dia dipanggil lagi untuk mengajar.
“Saya masuk kembali mengajar waktu itu karena saya lihat nama saya juga masih ada dalam daftar guru. Pak Haji Jumrang yang masih kepala sekolah ketika itu,” ujarnya.
Sementara itu, terkait informasih bahwa ia tidak pernah masuk mengajar selama beberapa bulan, Hervina pun menjelaskan kondisinya waktu itu.
“Kondisi tumor saya saat itu parah. Saya tidak bisa pakai baju, hanya gunakan sarung. Tidak mungkin saya ke sekolah dengan pakaian tidak rapi,” ujarnya. *(JM)