Opini, Verbivora.com – International Women’s Day (IWD) atau Hari Perempuan Internasional dirayakan pada tanggal 8 Maret setiap tahunnya. Hari ini menjadi kesempatan bagi perempuan di seluruh dunia untuk bersatu merayakan pencapaian dalam berbagai bidang, mulai dari aspek politik hingga sosial, dengan misi utama menyerukan kesetaraan gender.
Gagasan tentang hari khusus ini dimulai pada 1910 saat dilaksanakannya Konferensi Wanita Buruh Internasional kedua yang diadakan di Kopenhagen, Denmark. Ketika itu. Clara Zetkin Pemimpin ‘Kantor Wanita’ untuk Partai Sosial Demokrat di Jerman, mengajukan gagasan mengenai satu hari dalam setahun bagi setiap negara untuk mendukung aksi tuntutan perempuan.
Gagasan itu akhirnya terwujud pada tahun 1975 ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ‘mengakui’ tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional. Peresmian tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunia terjadi dua tahun kemudian, tanggal 8 Maret 1977, dan terus diperingati hingga saat ini.
Meskipun Hari Perempuan Internasional telah dirayakan sejak saat itu, tidak serta-merta dunia pada hari ini telah bebas dari segala bentuk penindasan, diskriminasi dan kekerasan berbasis gender. Hal ini bisa dilihat dari masih banyaknya tindak kekerasan yang dialami oleh perempuan, terutama di Indonesia.
Catatan tahunan Komnas Perempuan mencatat, terdapat sebanyak 299.911 kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2020. Kondisi tersebut tentunya membuat banyak pihak tidak bisa hanya duduk diam menyaksikan bahwa masih maraknya tingkat kekerasan terhadap perempuan di negeri ini. Maka dari itu, tuntutan agar perempuan bisa beroganisasi menjadi sangat penting.
Setidaknya ada dua tujuan perempuan berorganisasi yakni, mencari pemecahan persoalan dan meningkatkan kesadaran. Pertanyaannya adalah, sejauh mana aktivitas yang dilakukan organisasi perempuan selama ini dapat menjangkau dua tujuan tersebut? Apakah organisasi tersebut memberikan kemajuan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas?
Untuk menjawab kebutuhan tersebut perlu adanya kerjasama dari semua pihak pemerintah, LSM, dan organisasi-organisasi lainnya untuk secara bersama-sama menyatukan kekuatan dalam memberikan pendidikan, pelatihan, advokasi terhadap perempuan dalam hal capacity building dan capacity development.
Sama halnya dengan PMKRI, organisasi pembinaan dan perjuangan mahasiswa yang mempunyai visi terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati. Melalui visi tersebut, setiap kader PMKRI diharapkan dapat menjadi garam dan terang yang hadir dengan berjuang dan terlibat secara nyata dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagai organisasi pembinaan dan perjuangan, PMKRI diharapkan menjadi wadah bagi mahasiswa/i Katolik untuk menempa diri sehingga menjadi agent of change dan siap pakai dalam menyikapi isu-isu sosial kemasyarakatan baik di tingkat lokal, regio dan nasional.
Kehadiran srikandi PMKRI tentunya memberi warna tersendiri dalam dinamika perhimpunan. Kehadiran Srikandi tentunya bukan menjadi pelengkap tetapi sebagai garda terdepan dalam memberikan kontribusi nyata ditengah begitu banyaknya persoalan-persoalan perempuan yang terjadi di negeri ini seperti kekerasaan seksual, diskriminasi gender dan lain sebagainya.
Dalam momentum Hari Perempuan Internasioanal 2021 yang mengangkat tema #ChooseToChallenge, sudah semestinya semua perempuan khususnya Srikandi PMKRI di manapun berada untuk berani bersuara, tangguh, responsif, berdaya saing sehingga bisa menjadi isnpirasi bagi dirinya sendiri, masyarakat, gereja bangsa dan negara.
Melalui tema #ChooseToChallenge, Srikandi PMKRI diharapkan untuk tetap waspada dan mampu menghadapi serta melewati segala tantangan di tengah situasi bangsa hari ini yang cukup sulit, dimana dunia sedang berduka akibat pandemi Covid-19. Peran, kesiapan, dan ketahanan perempuan dalam perang melawan covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi kaum perempuan untuk tetap tangguh menghadapi begitu banyak isu perempuan di tengah pandemi Covid-19 seperti PHK, beban ganda, kekerasan berbasis gender harus menjadi perhatian bersama.
Di hari ini, kita kembali diajak untuk terus-menerus menyuarakan keadilan dan memperjuangakan kebenaran, tidak hanya dalam teori tapi juga aksi nyata dalam mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati.
#Selamat hari perempuan Internasioanl
#Perempuanberdaya
#Perempuanberdaya
*Rosalia Koniaty Bayo: Koordinator Lembaga Perempuan PP PMKRI (2020-2022)
|