Dalam rangka memeringati 3 tahun kepemimpinan Jokowi-JK, perwakilan Cipayung Plus DKI Jakarta menggelar aksi. Foto: Yones |
Aksi yang dimulai pkl. 13.00 itu, melibatkan beberapa Ormas, seperti PMKRI Cabang Jakarta Pusat, LMND DKI Jakarta, dan Perisai DKI Jakarta. Dengan mengusung tema “Rezim JOKOWI-JK Gagal”, aksi tersebut kemudian berakhir ricuh.
Pihak aparat kepolisian yang sejak awal mengawal aksi itu bertindak represif dengan menghentikan aksi secara paksa ketika para peserta aksi yang adalah mahasiswa menyanyikan lagu darah juang sambil membakar keranda simbol matinya nurani pemimpin.
Aksi ini ternyata memicu kemarahan dari aparat kepolisian, yang kemudian memainkan adegan brutalnya kepada peserta aksi.
Mereka membubarkan aksi secara paksa dan menendang serta menyeret massa aksi secara tidak manusiawi.
Sementara itu tiga orang aktivis ditangkap dan ditahan di Pos Polisi Patung Kuda, Monas. Mereka masing-masing adalah Sultan Tuza dari PMKRI, Al Kautsar, serta Damara dari LMND.
Seperti dikonfirmasi oleh salah seorang anggota polisi, di dalam pos itu, ketiga aktivis itu dipukul tanpa diinterogasi terlebih dahulu.
Pada saat bersamaan, Ketua Presidium PMKRI Cabang Jakarta Pusat, Jurdhil Kathonna, dikejar oleh beberapa intel bersenjata lengkap sambil menodongkan senjata ke arahnya. Seraya menodongkan senjata, mereka berteriak jambret sehingga memancing warga sekitar untuk turut mengejar Kathon.
Beruntung anggota PMKRI lainnya berhasil mengamankan Kathon dan menaikinya ke dalam taxi, lalu lari menuju sekretariat PMKRI.
Adapun ketiga aktivis yang telah di tahan tadi sudah dilepas oleh pihak kepolisian setelah didesak dengan dengan penuh susah payah oleh para aktivis yang masih berada di lokasi kejadian.
Rezim Jokowi-JK Kangkangi Demokrasi
Menanggapi peristiwa ini, ketua LMND Jakarta, Alkautsar, menilai tindakan yang dilakukan aparat kepolisian merupakan tanda bahwa rezim Jokowi-JK sedang mengankangi demokrasi.
“Tindakan ini membuktikan bahwa rezim Jokowi-JK memang sedang mengangkangi demokrasi. Rezim ini memang berusaha membungkam suara-suara kritis mahasiswa dan rakyat Indonesia,” tegas Alkautsar yang saat itu juga belaku sebagai koordinator lapangan.
Rencananya, Cipayung Plus DKI Jakarta akan kembali melakukan konsolidasi untuk mengecam tindakan represif aparat kepolisian dalam menangani aksi mahasiswa.
“Ini tindakan yang sangat mencederai demokrasi. Kami akan melakukan konsolidasi lebih baik lagi untuk mengecam tindakan represif aparat kepolisian.” Jelas Alkautsar.*(YAH)