Potensi Tsunami Covid-19 di Indonesia

Jakarta, Verbivora.com – Tsunami Covid-19 menyebabkan ribuan kasus kematian di India sejak April yang lalu. Sebenarnya ada beberapa kecenderungan yang sama antara India dan Indonesia yang membuat Indonesia berpotensi untuk dilanda oleh Tsunami Covid-19.

Negara dengan kesamaan karakteristik

Indonesia dan India memiliki beberapa kesamaan karakteristik. Pertama, dua negara ini masuk dalam kategori 10 besar negara dengan populasi terbanyak. India dengan jumlah penduduk sebanyak 1,3 Miliar jiwa dan Indonesia dengan jumlah 275 Juta jiwa. 

Kedua, Mayoritas penduduk menganut agama kepercayaan dengan praktik ibadah yang dilakukan secara kolektif dalam ruangan tertutup seperti masjid dan gereja. Ketiga, struktur ekonomi didominasi oleh kelompok kelas menengah dengan tingkat mobilitas yang tinggi.

Kesamaan perilaku masyarakat dan kebijakan penanganan pandemi

Pemerintah India memutuskan untuk melakukan pelonggaran dengan tidak membatalkan festival atau acara keagamaan sebelum gelombang penularan terjadi. Para ahli mengatakan bahwa ini bisa memperburuk lonjakan kasus. Akibatnya, rata-rata perputaran tujuh hari kasus baru setiap hari yang dikonfirmasi di India terus meningkat. 

Pada 6 April 2021 muncul 6,75 kasus baru per 100.000 orang, kemudian menjadi menjadi 18,04 kasus baru per 100.000 orang pada 20 April. Berdasarkan data dari Worldometers per Sabtu 24 April 2021, India tercatat memiliki total kasus sebanyak 16 Juta kasus. 

Disisi lain, apabila ditarik lebih jauh lagi ke negara Brazil yang mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan Indonesia dan India, sejak awal pandemi melanda hampir seluruh negara di dunia pada tahun 2020, Presiden Brazil memberikan contoh buruk dengan pantang percaya terhadap Covid-19 dan bahkan mendeklarasikan anti penerapan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M) serta lockdown

Di Indonesia sendiri, terjadi beberapa kebijakan yang tumpang tindih seperti menerapkan kebijakan larang mudik bagi masyarakat namun tetap membuka penerbangan internasional. Masih berkaitan dengan mudik, ketika mudik dilarang, tempat wisata tetap padat selama libur lebaran dengan protokol kesehatan yang longgar. 

Minimnya testing dan tracing menyebabkan ketidakcukupan data untuk diakses

Data menjadi dasar dalam setiap pengambilan keputusan untuk merumuskan kebijakan yang relevan, efektif dan tepat sasaran. Kekacauan data yang terjadi di India mirip dengan yang terjadi di Indonesia. Dari keterbatasan tes, pelaporan yang sering dirapel hingga kesulitan mengakses data yang lengkap dan akurat pada tingkat kota/kabupaten. 

Ditambah lagi, sejak mengizinkan tes antigen dimasukkan dalam perhitungan konfirmasi kasus, jumlah tes PCR yang dilakukan Indonesia menurun drastis. Padahal, apabila pada bulan Januari-Februari tes PCR bisa mencapai >40.000 per hari, maka angka ini bisa menurun 20.000-an tes per hari selama bulan April sampai Mei. 

Tingkat kepercayaan terhadap metode pengobatan dan pencegahan yang belum teruji

India melakukan terapi non konvensional seperti mengoleskan kotoran sapi ke seluruh tubuh untuk mencegah terkena Covid-19. Brazil sendiri presidennya, Bolsonaro yang mempromosikan hydroxychloroquine sebagai obat Covid-19. Sementara di Indonesia, pemerintah sempat mengedarkan kalung anti Corona dan beberapa masyarakat mulai menyebarkan mitos.

Seberapa memungkinkan Indonesia dilanda Tsunami Covid-19?

Mari kita coba menelaah apa yang salah dari India hingga mengalami tsunami Covid-19? Padahal sejak akhir tahun lalu hingga Februari 2021, angka kasus Covid-19 di India telah berhasil turun, bahkan angka kasusnya jauh lebih rendah dari Indonesia. 

Selain itu, sebagai Negara produsen vaksin Covid-19, angka vaksinasi Covid-19 di India juga terbilang tinggi. Tampaknya pelonggaran protokol kesehatan di Indonesia yang menjadi pemicu malapetaka tsunami Covid-19 tersebut. 

Dilansir dari media India Aljazeera.com Sejak 15 April, India telah melaporkan lebih dari 200.000 kasus virus Corona setiap hari, dan ibuko Delhi, kemudian mengumumkan diberlakukannya lockdown selama seminggu, setelah peningkatan kasus Covid-19 di sana membuat kewalahan sistem perawatan kesehatan.  

Yang mengkhawatirkan, India juga mengalami krisis ruang tempat tidur dan persediaan oksigen di rumah sakit, terbukti dari banyaknya pasien terinfeksi yang tak lagi bisa diterima di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Selain itu, kemungkinan besar terjadinya tsunami Covid-19 karena adanya pengadaan acara-acara kampanye yang diselenggarakan menjelang pemilihan umum (Pemilu).

Presiden Modi sendiri, juga melakukan kampanye untuk memenangkan pemilihan di Kerala, Tamil Nadu, dan Puducherry pada 30 Maret saat peningkatan kasus dimulai. Ditambah lagi dengan adanya perkumpulan massa dan ritual keagamaan selama festival keagamaan, serta pembukaan kembali ruang publik dan pelonggaran lockdown yang mulai dilakukan pada Desember 2020. 

Pergolakan yang dialami oleh India saat ini mulai dirasakan oleh Indonesia seperti lonjakan kasus, kekurangan fasilitas kesehatan di sebagian besar daerah, kekurangan pasokan oksigen, dan sebagainya. Lonjakan kasus juga terjadi akibat dari longgarnya protokol kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia.

Seperti masih ada masyarakat yang tidak menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Parameter Politik Indonesia bahwa tingkat kepatuhan protokol kesehatan oleh masyarakat begitu rendah, masyarakat Indonesia cenderung memakai masker hanya agar tidak mendapatkan sanksi dari petugas bukan untuk kepentingan kesehatan pribadi dan bersama.

Selain itu, mirip dengan India, Indonesia masih melonggarkan masyarakat untuk mengadakan ritual-ritual keagamaan serta party yang tidak menerapkan protokol kesehatan. Aktivitas mudik, penerbangan dan perjalanan antar daerah bahkan dari luar negeri yang masih terbuka lebar menyebabkan mobilitas virus semakin pesat. 

Berbeda dengan India yang langsung melakukan lockdown serentak, Indonesia hanya mampu memberlakukan kebijakan  pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, di beberapa daerah yang belum sepenuhnya juga dipatuhi oleh masyarakast. 

Jadi, berkaca dari India, apabila masyarakat tetap tidak patuh dengan protokol kesehatan, mengabaikan 3M, meremehkan tracing, testing, treatment (3T), maka Indonesia sangat memungkinkan untuk dilanda oleh Tsunami Covid-19 dalam jangka waktu dekat. *(AR)

Christania C.J Paruntu (Koordinator Lembaga Kesehatan PP PMKRI 2020-2022)

Potensi Tsunami Covid-19 di Indonesia
Koordinator Lembaga Kesehatan PP PMKRI 2020-2022, Christania C.J Paruntu.


RELATED ARTICLES

Most Popular