Jakarta, Verbivora.com – Bidang Pemberdayaan Perempuan Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PP GMKI) mengadakan webinar dengan topik bebas stunting, anak cerdas, Indonesia maju, Kamis (23/7/2021).
Peringatan hari anak nasional (HAN) diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 23 Juli berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984. HAN merupakan momentum penting untuk menggugah kepedulian dan partisipasi seluruh komponen bangsa Indonesia dalam menjamin pemenuhan hak anak atas hak hidup, tumbuh, dan berkembang.
Tahun ini tema yang diangkat pada HAN adalah anak terlindungi, Indonesia maju, dengan tagline #AnakPeduliDiMasaPandemi.
Ketua Bidang (Kabid) Pemberdayaan Perempuan PP GMKI, Malona Aruan menyampaikan, untuk merayakan hari anak ini, Bidang Pemberdayaan Perempuan PP GMKI mengadakan Webinar, bebas stunting, anak cerdas, Indonesia maju.
“Hal ini didasari pertimbangan bahwa kasus stunting pada anak di Indonesia tergolong masih tinggi. Padahal stunting menjadi indikator penting kualitas sumber daya manusia ke depan,” katanya.
“Pemerintah dalam rencana pembangunan jangka menengah nasiona (RPJMN) menargetkan, penurunan stunting menjadi 14 persen di tahun 2024. Namun pandemi Covid-19 saat ini menjadi tantangan tersendiri dalam mencapai target tersebut,” terang Malona.
Narasumber webinar Tiopan Sipahutar, menyampaikan bahwa stunting adalah sebuah kondisi gagal tumbuh yang dialami anak sebagai manifestasi kekurangan gizi kronik dan infeksi berulang, terutama pada masa 1000 hari pertama kehidupan atau masa yang dimulai sejak janin dalam kandungan, hingga anak berusia dua tahun setelah dilahirkan.
“Stunting memiliki efek jangka pendek maupun jangka panjang berkaitan dengan segala aspek kehidupan. Efek jangka pendek termasuk di dalamnya meningkatnya angka kesakitan dan kematian, menurunnya perkembangan kognitif dan motorik, meningkatnya biaya perawatan anak sakit dan sebagainya,” paparnya.
“Sedangkan efek jangka panjang seperti meningkatnya obesitas dan penyakit, kesulitan belajar di sekolah, menurunnya kapasitas kerja dan produktifitas, serta efek lainnya, tambah Tiopan.
Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak dan Pendidikan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Entos menyebutkan, kecukupan gizi seseorang memiliki kaitan yang erat dengan kecerdasan, pada masa 1000 hari pertama kehidupan merupakan masa emas pertumbuhan otak anak.
“Oleh karenanya intervensi gizi pada masa ini sangatlah penting. Persoalan stunting bukan persoalan individu tapi menjadi persoalan lingkup keluarga, sehingga saat ini dipegang oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sehingga intervensi pencegahannya bersifat komprehensif,” ungkap Entos.
Di sisi lain, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena menyampaikan apresiasi kepada PP GMKI yang telah mengadakan webinar ini, dikarenakan telah peka dan peduli pada isu stunting.
“Stunting bukanlah persoalan yang baru, tapi merupakan persoalan yang sudah lama dan klasik. Kerja sama lintas sektor sangat penting dioptimalkan, untuk menurunkan kasus stunting di Indonesia,” pungkasnya.
Besar harapan melalui webinar ini dapat mengedukasi dan memberikan pemahaman baru kepada masyarakat dalam persoalan stunting ini, serta menjadi perhatian lebih dan kerja sama dari semua aspek, semua elemen masyarakat untuk bersama-sama melakukan upaya penurunan angka stunting. Karena masa depan bangsa ini, ada di tangan anak-anak bangsa yang sehat dan cerdas. *(AR)