Ketua Umum GMKI: PON sebagai Momentum Dialog

Jakarta, Verbivora.com – Pada 2 Oktober 2021, Pekan Olahraga Nasional (PON) akan resmi digelar. Meski dalam bayang-bayang keamanan. Momen bersejarah bagi masyarakat Papua dan Indonesia kini dan yang akan datang. Ajang kompetisi olahraga tersebut diselenggarakan saat sebagian wilayah di Papua sedang ada gangguan keamanan oleh KKB bersamaan dengan menguatnya isu Otonomi Khusus Jilid II yang sedang jadi diskusi publik. 

Meskipun demikian, para kontingen dari beberapa propinsi sudah mulai berdatangan sejak pertengahan September lalu. Sebagian kompetisi bahkan sudah berlangsung. Kegiatan yang seharusnya berlangsung pada 2020 itu, ditunda setahun karena serangan pandemic global Covid-19. Kini, pemerintah sebagai otoritas utama sudah menjamin kepastian soal keamanan, sebaliknya propinsi Papua sebagai tuan rumah memberi harapan para atlet akan kebersamaan dalam menciptakan kompetisi yang aman dan damai. 

Para tamu dan begawan olahraga disambut dengan meriah ala budaya lokal. Bahkan viral di media sosial postingan para penyanyi milenial Papua menyambut tamu PON dengan nyanyian lagu daerah terkait ketika tiba di bumi cendrawasih itu. 

Meskipun kita sedang berperang melawan situasi yang serba tak pasti akibat pandemi, juga intrik politik dalam negeri, dan ketidakstabilan sosial ekonomi secara global, ajang olahraga bergengsi secara nasional ini merupakan momentum kebangkitan bukan hanya para atlet yang akan mempertahankan prestasi atau pun merebut gelar juara karena membawa nama baik daerahnya masing-masing, tapi mempertegas komitmen kebangsaan melalui semangat sportivitas. 

Bahwa dalam olahraga bukan hanya soal siasat untuk mengalahkan lawan, tapi olahraga berkisah tentang semangat juang, pentingnya kerja keras, menciptakan mental kompetisi dan refleksi humanisme. Siapapun yang meraih kemenangan bagi daerahnya akan menjadi suatu oase yang menyatukan keberagaman etnis bangsa ini.

Dialog kultural

Pada konteks itu, mungkin PON dimaknai dalam ruang kebudayaan untuk memperteguh dialog melalui semangat sportivitas.

Menurut Koentjaraningrat (1980), olahraga masuk dalam pranata estetik dan rekreasi dan pranata somatik yang berkenaan dengan hidup sehat. Dengan fungsi personalnya, olahraga berada dalam fungsi rekreatif, pengisi waktu luang atau hiburan, yang tidak terukur.

Pada momentum PON kali ini, pesan dialog harus diutamakan sebagai bangsa yang beradab, esensi nilai kemanusiaan harus berjalan mengiringi langkah para begawan olahraga melalui sportivitasnya dalam bertanding, dialog keberagaman harus jadi tontonan berkesan sebagai bangsa yang beragam. PON harus jadi oase kebudayaan yang menghendaki adanya sportivitas dialog bagi keberagaman.

Melalui olahraga, kerja sama dan kolaborasi antara orangtua, para pendidik, pemerintah dari daerah sampai pusat dan umumnya dukungan publik bahu-membahu meneguhkan komitmen untuk menciptakan pranata sosial budaya yang beradab.

Kalau kita memaknai olahraga seperti di atas, maka esensi olahraga sebagai oase kebudayaan menyiratkan makna untuk menciptakan manusia yang bermental kompetitif, disiplin dalam aktivitasnya, kerja keras dalam semangat juang, dan memiliki harapan yang terukur. 

Dari titik inilah, melalui olahraga selain sebagai lambang kebanggaan karena prestasi, juga simbol identitas dan eksistensi bangsa yang beragam etnisnya. Padanya terperangkap daya juang nasionalisme pengikat rasa persatuan dan kesatuan yang bukan hanya menekankan pada ekspresi kemenangan semata.

Ketika para begawan olahraga yang ikut Olimpiade dan Paraolimpiade merebut emas, maka ekpresi keberagaman mampu menjadi pengikat rasa dan kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia. Pada suasana seperti inilah olahraga menjawab makna esensialnya sebagai oase kebudayaan yang menyatukan bangsa.

PON Papua tentu akan menyimpan banyak cerita. Bukan hanya bentang alamnya yang luas dan kaya akan sumber daya alam. Tapi beragam budaya yang unik dan khas akan bertemu disana. Sportivitas akan tercipta, percakapan lintas etnis akan jadi dialog konstruktif, orang akan banyak mengenal teman baru di sana, semua yang hadir akan saling memahami kebudayaan daerah lain. Padanya, martabat manusia tetap jadi makna esensial dalam meraih kemenangan.

Akhirnya, PON harus jadi ruang dialog sebagai wahana untuk kolaborasi bagi masa depan SDM unggul bukan hanya untuk Papua tapi juga Indonesia. Melalui PON Papua harus menyemai asa baru menuju SDM Unggul Indonesia Maju. *(AR)

Oleh Jefri Gultom, Ketua Umum GMKI.

Ketua Umum GMKI: PON sebagai Momentum Dialog
 Ketua Umum GMKI, Jefri Gultom.

RELATED ARTICLES

Most Popular