Angelo Adalah Kita

Foto. FB Rithus Jabrik

Nusa Tenggara Timur itu sepotong surga yang jatuh ke bumi. Ungkapan ini rasanya tak terlalu berlebihan, jika kita menengok betapa kaya dan indahnya alam Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata atau yang sering disingkat Flobamorata.

Alam yang kaya dan indah harusnya cukup, bahkan berkelimpahan, untuk memberi makan seluruh masyarakat NTT. Dengan sumber daya alam yang kaya itu harusnya kita hidup sejahtera, cukup sandang, pangan, dan papan, cukup untuk menyekolahkan anak-anak. 

Meski alam sudah menyediakan dirinya bagi kita semua, rasanya semua itu selalu kurang ketika dikelolah oleh mereka yang tak paham, mereka yang gagap mengucapkan keadilan dan kesejahteraan untuk seluruh rakyat, mereka yang hanya ingat diri dan kroni-kroninya. 

Di hadapan para pelahap yang maruk, di hadapan para oligark serakah, alam yang kaya dan berlimpah itu nyaris tak pernah cukup. Alam yang kaya di hadapan mereka bukan sebagai sumber daya untuk menghidupkan semua orang, tetapi hadir hanya untuk dieksploitasi sampai habis demi kepentingan pribadi.

Ini masalah kita! Masalahnya bukan terletak pada alam, tetapi pada para pemimpin politik kita, para pemegang kekuasaan, yang tak paham apa itu keadilan dan kesejahteraan sehingga gagap mengejawantahkannya di dalam urusan publik. Dampaknya, kita tak pernah bangkit dari keterpurukan, miskin, dan tertindas menjadi abadi dalam hidup kita.

Saya merasa senang ketika mendengar sahabat dan teman kelas saya sewaktu sekolah di SMA Negeri 1 Ende dulu menyatakan diri ingin menjadi wakil rakyat (anggota Dewan Perwakilan Daerah). 

Saya mengapresiasi dan mendukung, bukan karena kami kawan sekolah, tetapi karena Angelo Wake Kako mewakili suara-suara orang muda yang selama ini tak pernah dianggap, yang selalu kalah bukan karena tidak mampu karena tak punya modal, yang tak pernah diperhitungkan dalam urusan publik. 

Tulisan ini adalah ungkapan apresiasi dan dukungan seorang sahabat kepada sahabatnya yang punya niat baik untuk perubahan. Seorang sahabat yang menginspirasi anak-anak muda sebaya untuk merawat asa dan memperjuangkan kepentingan umum.

Waktunya Yang Muda Membongkar Rezim Orang Tua

Saya sebut para pemimpin kita saat ini sebagai produk lama, generasi tua yang menghambat kesejahteraan, yang gagal paham mewujudkan cita-cita kemerdekaan: Indonesia yang adil dan makmur. 

Oleh karena itu, sudah saatnya anak-anak muda tampil ke permukaan. Tampil ke pentas politik untuk melengserkan rezim orang-orang tua (gerontokrasi: pemerintahan oleh orang-orang tua) yang pikirannya terlalu kolot (baca: gagal mewujudkan kesejahteraan rakyat).

Munculnya Angelo Wake Kako, Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia periode 2016-2018, ke panggung politik adalah suatu harapan baru bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur. 

Angelo, anak muda jebolan Universitas Indonesia, adalah harapan kita semua, harapan anak-anak muda, harapan mereka yang masih percaya pada orang-orang baik yang idealis dan punya spirit untuk mengubah wajah Nusa Tenggara Timur menjadi lebih baik lagi.

Saya percaya Angelo mampu membawa angin perubahan dengan melihat latar belakangnya sebagai aktivis PMKRI yang getol menyuarakan keadilan baik sewaktu beliau masih di PMKRI Cabang Ende, maupun sewaktu ia berkiprah di Pengurus Pusat PMKRI. 

Angelo, anak muda yang cerdas dan berani itu, mewakili perasaan dan idealisme kaum muda seusianya melawan tindakan-tindakan diskriminatif berdasarkan isu-isu SARA secara konsekuen. 

Jarang ada orang muda seperti Angelo yang berani melakukan hal itu, jangankan anak muda, para politisi senior yang sudah malang melintang dalam dunia politik saja tidak berani menyuarakan suara keadilan di hadapan aksi-aksi diskriminatif dan sewenang-wenang. 

Nusa Tenggara Timur butuh orang muda seperti Angelo yang punya visi untuk menjawabi tantangan zaman dan membawa perubahan bagi Flobamorata. Sudah saatnya yang muda yang memimpin, yang muda yang menentukan arah gerak daerah kita kepada kemajuan dan kesejahteraan. 

Angelo Adalah Kita

Angelo adalah kita merupakan sebuah harapan. Harapan bahwa masih ada anak muda yang peduli terhadap ketidakadilan dan menyuarakannya, anak muda yang masih memiliki visi dan idealisme untuk membawa perubahan dan kemakmuran bagi tanah tumpah darah kelahiran kita.

Saya mengenal Angelo dengan cukup baik. Dia punya jiwa kepemimpinan yang tangguh dan kokoh. Selain itu, ketika meyakini suatu kebenaran dia akan gigih memperjuangkan hal itu sampai terwujud. Itulah Angelo, lebih dari itu, itulah gambaran orang muda yang selalu menggebu-gebu dan berkobar-kobar mewujudkan idealismenya di dalam kehidupan demi kepentingan banyak orang. 

Kehadiran Angelo di pentas politik kita menyiratkan suatu dorongan untuk mengembalikan ingatan kolektif kita kepada sejarah pendirian bangsa ini terutama cita-cita para pendiri bangsa.

Angelo mengingatkan kita bahwa bangsa ini diperjuangkan dan dimerdekakan oleh anak-anak muda, bukan kaum tua. Anak-anak muda yang selalu resah dan gelisah terhadap ketidakadilan, yang selalu bergelora menyuarakan kepentingan umum.

“Kemerdekaan belum menjadi hak seluruh rakyat. Saya mengetuk ruang kesadaran kita untuk memahami historisitas  Indonesia sebagai sebuah negara sebagaimana termaktub di dalam Pancasila dan UUD 1945” (Angelo Wake Kako: 2015). 

Kesadaran bahwa selama ini hanya segelintir orang yang menikmati kekayaan alam negara ini, kesadaran bahwa kita masih terjajah oleh serakahnya para pemimpin kita. Kesadaran itulah yang sedang diketuk oleh Angelo agar kita mampu bersatu padu jiwa dan raga membangun negeri demi terwujudnya Indonesia yang adil dan makmur.

Mahaguru filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno mengakui kalau Angelo merupakan segelintir orang muda yang selalu resah dan gelisah serta konsern terhadap ketidakadilan.

“Angelo Wake Kako, salah satu dari sekian orang muda kita, merasa resah karena 70 tahun sesudah Indonesia merdeka, cita-cita para pendiri bangsa belum juga tercapai…Ia mengajak kita untuk tidak putus asa, melainkan berjuang terus. Perjuangan demi pencapaian cita-cita Indonesia merdeka…”, demikian Romo Magnis-Suseno, SJ. 

Angelo adalah kita adalah sebuah harapan bahwasanya orang muda merupakan tulang punggung bangsa ini yang menopangnya dan mengarahkannya kepada perwujudan cita-cita bangsa Indonesia.

Bersama Angelo, semoga anak-anak muda Nusa Tenggara Timur semakin sadar untuk terus menyuarakan ketidakadilan, mengupayakan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Flobamorata. 

Salam, teman sekolah

Rinto Namang

RELATED ARTICLES

Most Popular