Foto. Dok. Pribadi |
sejarah peradaban manusia. Perempuan sebagai instrumen penting yang tidak pernah lepas dalam kehidupan
kita. Perempuan bagi saya adalah muara kehidupan. Ia yang menjadi wadah untuk
bernaung sekaligus melahirkan
benih kasih sayang yang pertama.
Dalam ajaran
agama Katolik, menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peran
yang sama . Hal ini termuat dalam kitab Kejadian 1; 27-28 yang berbunyi: “Allah
menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri, menurut gambar Allah diciptakan
laki-laki dan perempuan Allah memberkati
mereka dan lalu berfirman: “beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi
dan taklukanlah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”.
kejadian atas pengakuan kesejajaran antara laki-laki dan perempuan tersebut
jika kita letakan pada realitas saat ini, terdapat penyempitan makna yang
sangat tajam dengan dasar argumentasi pranata kehidupan. Konstruksi pranata
kehidupan terlahir atas buah pikiran manusia, yang di dalamnya mengakomodir
unsur kebudayaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan senantiasa mengalami pergesaran diikuti dengan
pengaturan kehidupan. Hasilnya adalah laki-laki dan perempuan masih tersisih dari
kedudukan yang sama dengan laki-laki. Hal ini
negara dengan beragam
suku bangsa. Dimana
masih sangat ketat akan budaya patriarkis. Hal inilah yang menjadi faktor dan
bentuk pelemahan terhadap ruang gerak perempuan. Perempuan masih diberi label
sebagai makhluk yang lemah. Hingga pada setiap proses pegambilan kebijakan
suara perempuan diabaikan. Keterlibatan perempuan masih berupa “tanda tanya’’
di negeri ini.
dominasi patriarkis tersebut harus dibuka, sekarang waktunya untuk
perempuan-perempuan Indonesia melebarkan pergerakannya. Cita-cita dan
perjuangan Kartini untuk Kartini masa kini harus dipertegas.
Ide dan gagasan
Kartini harus dijadikan cahaya dan spirit perjuangan kaum perempuan di
Indonesia. Karena momentum hari Kartini tidak sekadar dijadikan protokoler di
mulut para perempuan Indonesia dan bukanlah hari perdagangan suara perempuan.
Mengingat kasus kekerasan dan penjualan
perempuan masih begitu laku di dunia
dan Indonesia khususnya.
Hari Kartini dan Perempuan Indonesia Zaman Now
mempertegas sisi feminisme. Terlebih dalam mengurai bentuk “terikat” dengan
adat-istiadat. Mengutip pesan Kartini, “gadis yang pikirannya sudah
dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di
dalam dunia nenek moyangnya”. Itulah pesan Kartini untuk Kartini masa kini.
Pesan tersebut memiliki sisi historis atas realitas kedudukan perempuan masa
lampau. Pada masa itu kedudukan
perempuan seperti mimpi di lorong gelap. Terikat oleh budaya yang membelenggu
kekebasan kaum perempuan.
untuk direfleksikan
dari pesan Kartini adalah bukan untuk melupakan jati diri bangsa. Dalam makna
yang luas, kita
boleh berada dalam pusaran kesetaraan seperti kultur Barat. Tetapi dalam makna
sempit, kita tidak boleh membuka ruang seluas-luasnya dalam bingkai
Ke-Indonesia-an dengan didominasi oleh
kultur “kebaratan”. Karena saya yakin Kartini pun tidak berkehendak
demikian.
emansipasi yang ditabuh oleh Kartini, kini dapat dinikmati. Meskipun tidak
semua. Dalam wajah pendidikan kita, gerbang kesetaraan gender untuk mengenyam
pendidikan itu telah terbuka. Laki-laki dan perempuan kini sama kedudukanya
dalam dunia pendidikan. Namun dalam perspektif saya sebagai perempuan, yang
menjadi pertanyaan
reflektif kita,
apakah ruang pendidikan hanyalah sebagai ajang pertarungan laki-laki dan perempuan demi mempertegas kesetaraan gender?
menelisik kembali sejarah perjuangan Kartini, ia tidak sekadar berjuang untuk
emansipasi wanita, ia juga menyoroti kondisi sosial, otonomi, dan persamaan
hukum sebagai gerakan yang lebih luas. Kartini mendekatkan dirinya pada gerakan
literasi sebagai corong untuk memproduksi pemikiran-pemikirannya sebagai
kemerdekaan berpikir seorang perempuan.
perjuangan dan pemikiran Kartini itu akhirnya mendapat perhatian dari Presiden
Soekarno dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108
Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai seorang
Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahri Kartini 21 April
sebagai hari besar yang kemudian kita kenal sebagai Hari Kartini.
Penetapan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini adalah bukti konkrit bahwa Sukarno sangat ingin perempuan Indonesia selalu hadir dalam mengisi kemerdekaan Indonesia. Sukarno tahu betul bahwa negara ini dibangun atas dasar kerjas sama laki-laki dan perempuan. Bagi saya menghargai peran perempuan sama halnya menghargai sejarah bangsa.
Dengan dasar tersebut, sebagai perempuan Indonesia yang hidup pada jaman now, kita memiliki sebuah kewajiban untuk terus maju. terus melucuti segala pemikiran dan perjalanan hidup
kita yang dianggap perlu untuk dilakukan selagi jalan pikiran
tersebut masih berada pada jalur kebenaran. Kita (perempuan Indonesia) memiliki persamaan hak
untuk andil dalam agenda membangun Indonesia tercinta.
Selamat Hari Kartini untuk Kartini Kekinian
Majulah Perempuan!!!
*Penulis adalah Lembaga Pemberdayaan Perempuan PP PMKRI St. Thomas Aquinas